KESEDAK CABAI GENDHOT
Bibiku hajat
nyunatin anak pertamanya.
Pada acara
prasmanan, tamu dipersilahkan menikmati hidangan yang tersedia di meja. Karena
tamunya banyak terpaksa berdesak-desakan dan harus ngantri untuk mengambil
hidangan.
Pas giliran kakekku,
datang rombongan tamu pejabat, makanya buru-buru mengambil nasi dan sayur cabai
gendot yang posisinya terdekat apalagi kelihatan segar dan menarik.
Tengah waktu
makan, dari jauh kelihatan kakek menangis, air matanya mengalir di pipi
kanan-kirinya, matanya merah, keringatnya kelihatan sebesar-besar biji kacang
polong mulai dari jidat sampai cuping hidung, dan mulutnya nganga bagaikan ikan
gurami kekurangan air. Tangan kanannya melambai ke arah saya sambil menunjuk-nunjukan
jari ke lehernya.
Panik, takut
kakek kenapa-napa, saya langsung mendekat.
Tanpa babibu
lagi, pundaknya saya tarik ke pangkuan dan tengkuknya saya karate. “Glook” dari
mulutnya keluar nasi dan sayur lodeh yang barusan dimakan. Kakek langsung terengah-engah
mengambil nafas.
Setelah sedikit
reda, saya tanya:”kakek kenapa tadi matanya melotot seperti orang sekarat?”
Kakek, sambil
terengah-engah:”tobaatt…, makanan macam apa ini? pedasnya kagak ketahan, saya
tadi tersedak! Kalau nggak cepat-cepat ditolong mestinya sudah koit”.
Saya jawab
kalem:”kakek…, itu yang namanya cabai gendot khas Bandung, tampilannya memang
menarik, segar mengundang selera, tetapi pedasnya gak ada yang nyamain..! kalau
belum kenal jangan coba-coba…!”
Kakek
(kelihatan kesal):“dasar tak berperikemanusiaan, kalau tau ngomong…!, ini mulut
kalian pada ditaruh kemana kok ngga ada yang mencegah?”.
Orang disekitar
baru sadar ada tragedi, tertawa terbahak-bahak…
(Doc. by
Kang Wirya)
*****
KOPI RASA GELI
Suta kecanduan
sekali minum kopi. Pagi sore mesti harus disediakan kopi oleh istrinya. Kalau
pagi nggak dibikinin kopi pasti mukanya masam, pokoknya tak mau tau kalau
persediaan kopi lagi habis. Dia memilih tidak sarapan pagi daripada nggak minum
kopi.
Pagi itu
istrinya sedang sibuk di dapur memasak sarapan pagi. Kopi untuk Suta sudah
disediakan.Masih dalam keadaan panas Suta mencobanya sedikit…. sluurpp…. Terasa
nikmat sekali.
Memang nggak
seperti istriku kalau mbikin kopi nikmat sekali, Suta bicara sendiri di dalam
hati.
Suta mau mandi
dulu, kopinya sisa separo, ditinggal dulu dan akan dihabiskan setelah selesai
mandi. Sesudah mandi badan terasa segar, namun udara diluar sangat dingin. Suta
menuju sisa kopinya sambil membayangkan:” kayanya kopi masih panas, saya mau
minum lagi untuk menghangatkan badan”.
Suta meminum
lagi sisa kopinya sampai habis, nikmaaat.
Begitu kopi
dihabiskan, dikerongkongan terasa ada yang bergerak-gerak, menggelikan.
Karena
kegelian, Suta membuka mulut sambil mengurut-urut lehernya
Suta kaget
alang kepalang, seekor cicak melompat keluar dari mulutnya.
Ternyata cicak
tenggelam di air kopi dan terminum sampai kerongkongan.
Suta merasa
jijik dan muntah-muntah.
Mengetahui
suaminya muntah-muntah istrinya mendekat sambil bertanya: ”kenapa kok
muntah-muntah, apa kopinya kagak enak?”
Suta menyaut:
“enak ya enak, saking enaknya cicakpun kepingin ikut minum, makanya terperosok
ke dalam gelas!”.
Mendengar itu,
istrinya tertawa terpingkal-pingkal sambil dibenaknya merasa kasihan; “itu
namanya kopi rasa geli ya kak..!?”
Seharian Suta
termenung, nggak makan dan nggak minum karena masih terbayang di lehernya ada
cicak yang berontak ingin menyelamatkan diri”.
(Doc. by Bubar)
*****
SAMA SAJA
Ali, Imron, dan
Abu umurnya baru sekitar 6 tahunan.
Ketiga anak ini
ikut ayahnya ke masjid.
Begitu qomat,
semua berdiri hendak melaksanakan sholat, tak terkecuali Ali, Imron dan Abu.
Sebelum sholat
ayahnya bicara sama Ali :”eeh… kalian bertiga, ikut sholat nggak boleh ngomong,
nggak boleh gurau…, harus mendengarkan Imam!”. Mereka menganggukan kepala
kompak.
Begitu Imam
membaca Al-Fatihah, ada seekor tikus lari di depan mereka.
Ali ngomong ke
saudaranya:”awas ada tikus…ada tikus..”
Imron
mengingatkan Ali:”Ssssstt…lagi sholat jangan ngomong..”
Abu yang berada
di sebelah Ali:” Iya Li.., sedang sholat jangan ngomong, nih kaya saya…!”
Lha…….?
(Doc. by Bubar)