Yoo.. Hindari Perilaku Korup...!!

Sabtu, 31 Agustus 2013

RATUSAN BAJINGAN KEPUNG CANDI PRAMBANAN



Doc. Terapos
Lebih dari 200-an kusir gerobak sapi (cikar) yang dalam Bahasa Jawa disebut Bajingan, dengan berbagai macam pakaian dan atribut mengelilingi kawasan Candi Prambanan dengan gerobak sapi hiasnya. Mereka menggunakan alat transportasi tradisional itu dalam rangka memeriahkan HUT Kemerdekaan ke-68 RI.
Para Bajingan lengkap dengan gerobak sapi itu datang bersama komunitas atau kelompok yang berasal dari Kabupaten Klaten, Boyolali, Purworejo, Piyungan Bantul, Pakem, Prambanan dan lain-lain.

Acara yang dimotori Paguyuban Gerobak Sapi "Langgeng Sehati" hari Sabtu (31/8/2013) mulai pagi hingga siang hari. Sebelum melakukan pawai, para kusir berikut gerobak sapinya berkumpul di Lapangan Kridobuwono, Prambanan Klaten. Dari tempat itu konvoi kemudian menuju kawasan Candi Sewu dan Candi Prambanan dengan menempuh jarak 5 km.

.
Tampak Iring-iringan Peserta Pawai Gerobak Sapi, Doc. LD

Rombongan dilepas langsung oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPRRI) Sidarto Danusubroto. Dia mengendarai salah satu gerobak yang disiapkan oleh panitia.

Bagi Sidarto, mengendarai gerobak sapi merupakan kenangan masa kecil saat tinggal bersama orangtuanya di Yogyakarta.
"Gerobak sapi adalah salah satu alat transportasi tradisonal kita yang masih ada di beberapa daerah termasuk wilayah Yogyakarta, Klaten, Solo dan sekitarnya," kata Sidarto usai melepas rombongan pawai.

Menurut dia, gerobak sapi pada masa revolusi fisik 1948-1949 atau setelah kemerdekaan sangat berjasa bagi para tentara saat berjuang. Gerobak sapi milik rakyat itu digunakan untuk menyelundupkan senjata dan bahan makanan untuk para gerilyawan.
"Yang dipunya rakyat adalah gerobak sapi. Itu dipakai untuk mendukung tentara berperang melawan Belanda. Ini alat transportasi tradisional yang harus kita lestarikan," katanya.

Sementara itu ketua panitia Warjono alias Bocor mengatakan acara ini sekaligus untuk mengenang perjuangan dan peringatan HUT kemerdekaan ke-68 RI. Sebab wilayah Prambanan, Ngemplak Sleman hingga Manisrenggo Klaten merupakan basis pejuang atau gerilyawan republik saat agresi militer Belanda II tahun 1948.
"Gerobak-gerobak sapi ini digunakan tentara RI untuk menyamar memasuki Yogyakarta," katanya.

Menurutnya di wilayah sekitar Prambanan ada 70-an pemilik gerobak sapi yang tergabung dalam paguyuban Langgeng Sehati. Beberapa daerah seperti di Sleman, Kulonprogo, Purworejo, Bantul, Klaten, Sukoharjo, Boyolali mulai membentuk paguyuban.

"Saat ini kita terus menjalin tali silaturahmi antar paguyuban. Gerobak sapi terus dijalankan, hanya saja sekarang tidak untuk mengangkut barang atau hasil pertanian di sawah/ladang tapi untuk melatih agar sapi tetap bugar," katanya (DN, 31/8/2013).

Warjono juga mengatakan, dalam pawai ini ada yang berpakaian wayang serta reog sebagai bentuk kepedulian para Bajingan turut nguri-uri seni tradisional yang adiluhung. "Kalau dulu melawan penjajah, kini kami melawan penjajah dalam bentuk lain, yakni koruptor. Kami para 'Bajingan' antikorupsi."

Selain menyemarakkan HUT Ke-68 Kemerdekaan RI, kegiatan ini juga ingin menunjukkan bahwa kendaraan tradisional yang ramah lingkungan ini masih tetap eksis bahkan jumlahnya semakin banyak. "Sebagai perbandingan saja, ketika digelar 'Festival Gerobak Sapi' di Stadion Maguwoharjo pada pertengahan Juni lalu, jumlah pesertanya hanya 170, kini dalam acara 'Gerobak Sapi Merdeka 2013' peserta yang terdaftar mencapai 210 lebih gerobak sapi" (ANT, 28/8/2013-TP, 29/8/2013).

“Totalnya ada 215 gerobag sapi dari tujuh kabupaten ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Peserta paling jauh berasal dari Kabupaten Purworejo”, ucap Warjono (LD, 31/8/2013).

Bukan kali ini saja pawai gerobak sapi digelar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada momen-momen penting, acara tersebut juga selalu digelar. Misalnya pada HUT ke-97 Kabupaten Sleman beberapa waktu lalu.
Ratusan bajingan dari wilayah DIY dan Jawa Tengah juga mengikuti pawai Festival Merapi. Konvoi cikar digelar dari Lapangan Mlati menuju Kantor Bupati Sleman, Minggu (5/5/2013). Pawai yang digelar oleh Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS) dan diikuti oleh 100 gerobak sapi itu menjadi satu kemasan promosi pariwisata berbasis pertanian
(DTO, 28/8/2013).

Doc. by Bio