Doc. Terapos |
Lebih
dari 200-an kusir
gerobak sapi (cikar) yang
dalam Bahasa Jawa disebut Bajingan,
dengan
berbagai macam pakaian dan atribut mengelilingi kawasan Candi Prambanan dengan gerobak
sapi hiasnya.
Mereka menggunakan alat transportasi tradisional itu dalam
rangka memeriahkan
HUT Kemerdekaan ke-68 RI.
Para
Bajingan lengkap dengan gerobak sapi itu datang bersama komunitas atau kelompok
yang berasal dari Kabupaten Klaten, Boyolali, Purworejo, Piyungan Bantul, Pakem,
Prambanan dan lain-lain.
. |
Tampak Iring-iringan Peserta Pawai Gerobak Sapi, Doc. LD |
Rombongan
dilepas langsung oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia (MPRRI) Sidarto Danusubroto. Dia
mengendarai salah satu gerobak yang disiapkan oleh panitia.
Bagi
Sidarto,
mengendarai gerobak sapi merupakan kenangan masa kecil saat tinggal bersama
orangtuanya di Yogyakarta.
"Gerobak
sapi adalah salah satu alat transportasi tradisonal kita yang masih ada di
beberapa daerah termasuk wilayah Yogyakarta, Klaten, Solo dan sekitarnya,"
kata Sidarto usai melepas rombongan pawai.
Menurut
dia, gerobak sapi pada masa revolusi fisik 1948-1949 atau setelah kemerdekaan
sangat berjasa bagi para tentara saat berjuang. Gerobak sapi milik rakyat itu
digunakan untuk menyelundupkan senjata dan
bahan makanan untuk para gerilyawan.
"Yang
dipunya rakyat adalah gerobak sapi. Itu dipakai untuk mendukung tentara
berperang melawan Belanda. Ini alat transportasi tradisional yang harus kita
lestarikan," katanya.
Sementara itu
ketua panitia Warjono alias Bocor mengatakan acara ini sekaligus untuk
mengenang perjuangan dan peringatan HUT kemerdekaan ke-68 RI. Sebab wilayah
Prambanan, Ngemplak Sleman hingga Manisrenggo Klaten merupakan basis pejuang
atau gerilyawan republik saat agresi militer Belanda II tahun 1948.
"Gerobak-gerobak
sapi ini digunakan tentara RI untuk menyamar memasuki Yogyakarta,"
katanya.
Menurutnya di
wilayah sekitar Prambanan ada 70-an pemilik gerobak sapi yang tergabung dalam
paguyuban Langgeng Sehati. Beberapa daerah seperti di Sleman, Kulonprogo,
Purworejo, Bantul, Klaten, Sukoharjo, Boyolali mulai membentuk paguyuban.
"Saat ini
kita terus menjalin tali silaturahmi antar paguyuban. Gerobak sapi terus
dijalankan, hanya saja sekarang tidak untuk mengangkut barang atau hasil
pertanian di sawah/ladang tapi untuk melatih agar sapi tetap bugar,"
katanya (DN, 31/8/2013).
Warjono juga mengatakan,
dalam pawai ini ada yang berpakaian wayang serta reog sebagai bentuk kepedulian
para Bajingan turut nguri-uri seni
tradisional yang adiluhung. "Kalau dulu melawan penjajah, kini kami
melawan penjajah dalam bentuk lain, yakni koruptor. Kami para 'Bajingan'
antikorupsi."
Selain
menyemarakkan HUT Ke-68 Kemerdekaan RI, kegiatan ini juga ingin menunjukkan
bahwa kendaraan tradisional yang ramah lingkungan ini masih tetap eksis bahkan
jumlahnya semakin banyak. "Sebagai perbandingan saja, ketika digelar
'Festival Gerobak Sapi' di Stadion Maguwoharjo pada pertengahan Juni lalu,
jumlah pesertanya hanya 170, kini dalam acara 'Gerobak Sapi Merdeka 2013'
peserta yang terdaftar mencapai 210 lebih gerobak sapi" (ANT, 28/8/2013-TP,
29/8/2013).
“Totalnya ada 215 gerobag sapi dari tujuh
kabupaten ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Peserta paling jauh berasal
dari Kabupaten Purworejo”,
ucap Warjono (LD, 31/8/2013).
Bukan
kali ini saja pawai
gerobak sapi digelar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada
momen-momen penting,
acara tersebut juga selalu
digelar. Misalnya pada HUT ke-97 Kabupaten Sleman beberapa waktu lalu.
Ratusan bajingan dari wilayah DIY dan Jawa Tengah juga mengikuti pawai Festival Merapi. Konvoi cikar digelar dari Lapangan Mlati menuju Kantor Bupati Sleman, Minggu (5/5/2013). Pawai yang digelar oleh Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS) dan diikuti oleh 100 gerobak sapi itu menjadi satu kemasan promosi pariwisata berbasis pertanian (DTO, 28/8/2013).
Ratusan bajingan dari wilayah DIY dan Jawa Tengah juga mengikuti pawai Festival Merapi. Konvoi cikar digelar dari Lapangan Mlati menuju Kantor Bupati Sleman, Minggu (5/5/2013). Pawai yang digelar oleh Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS) dan diikuti oleh 100 gerobak sapi itu menjadi satu kemasan promosi pariwisata berbasis pertanian (DTO, 28/8/2013).
Doc. by Bio