Kewirausahaan ***)
Saya tertegun sejenak…, pada saat berselancar di
internet tiba-tiba mata ini tertumbuk pada sebuah artikel yang dimuat
Web-site-nya Pemerintah Kabupaten Purbalingga tentang seorang Penderes
(Penyadap nira kelapa) yang sukses menjadi pedagang Onde-onde dan
membuka cabang bisnisnya di berbagai kota di tanah air.
Onde-onde adalah makanan cemilan biasa dan ada
dimana-mana, tetapi bukan disitu yang membuat menarik. Justru cara dia
mengembangkan bisnisnya yang menjadi perhatian saya sebagai salah seorang yang
berkecimpung di dunia manajemen.
Pengusaha dimaksud adalah Suwitno asli Purbalingga,
yang semasa belajar, meniti dan membangun bisnisnya diawali dari Kota
Bandung. Suwitno telah mengalami jatuh bangun, namun tetap tegar, percaya
diri dan yakin bahwa Tuhan akan menuntunya ke jenjang kesuksesan karena serius
dan tidak ragu-ragu dalam berusaha.
Bercermin dari situ saya pikir teman-teman
pebisnis/pengusaha kecil dan menengah di kota-kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Medan, Bali dlsb. dapat mencontoh cara meraih sukses. Khususnya
teman-teman yang berada di Bandung, karena kota ini penuh dengan kreativitas
dan kondusif untuk belajar usaha, maka jangan sia-siakan potensi dan kesempatan
yang menguntungkan ini untuk terus meningkatkan keterampilan diri dan menimba
pengalaman sebanyak-banyaknya. Dimana ada kemauan, disitu ada
keberhasilan.
Untuk lebih lengkapnya silahkan baca kutipan di bawah
ini.
Nasib seseorang memang tak bisa diduga, Suwitno (45)
warga Desa Tangkisan, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, kini menjadi pengusaha
sukses onde-onde. Usahanya lebih banyak di luar kota di berbagai provinsi.
Semula, Wiwit—panggilan Suwitno hanya berprofesi sebagai penderes nira kelapa.
Tempat usahanya yang berjumlah 30 counter sudah
merambah di wilayah Jawa Barat, Jateng, Lombok, Kalimantan, Sumatera dan Jambi.
Onde-onde yang dijualnya dengan merk ‘Perwira’. Di Bandung, di tempat
usahanya, counter onde-onde diberi nama ‘TKS’ yang singkatan dari Tangkisan.
Nama asal desanya.
Kesuksesan Wiwit kini diikuti oleh beberapa teman-teman
dan tetangganya dari Desa Tangkisan. Sebut saja ada Romidi yang memiliki 4
tempat di Batam, Muhamad Azim 5 tempat di Malang, Pujianto 3 counter di
Wonosobo dan Suratno yang memiliki 6 counter di Sleman dan Temanggung.
“Saya mulai berusaha membuat onde-onde sejak tahun
1995 di Bandung. Ketika awal usaha masih sulit dipasarkan. Saya mencoba meniru
onde-onde dari Aceh, namu resep saya modifikasi agar sesuai dengan selera
masyarakat Bandung,” ungkap Wiwit saat diterima Wakil Bupati Sukento Ridho
Marhaendrianto, Senin (27/8).
Usaha Wiwit mulai berkembang tahun 1998 – 2000.
Onde-onde buatannya mulai digemari oleh pelanggan. Bentuknya yang kecil-kecil
dengan rasa khas kacang ijo menjadi banyak pelanggan yang ketagihan. Dengan
berkembangnya usaha itu, Wiwit kemudian membuka tempat di berbagai kota di
Indonesia. Setidaknya kini Wiwit memiliki 30 tempat penjualan onde-onde.
“Setiap tempat usaha, saya kendalikan dari Demak. Setiap bulan saya harus
berkeliling kota untuk mengecek counter penjualan onde-onde,” ujar Wiwit.
Sistem yang dijalankan, Wiwit memberikan gaji antara
Rp 700 ribu hingga satu juta kepada karyawan untuk menjaganya. Gaji itu
diberikan bersih. ”Saya sudah menanggung rumah, makan minum, uang rokok dan
bahkan uang pulsa. Mereka ibaratnya hanya menerima gaji,” ujar Wiwit yang
banyak mempekerjakan tetangganya.
Omzet penjualan onde-onde rata-rata Rp 500 ribu hingga
Rp 1 juta. Omzet ini masih kotor. Keuntungannya sekitar 40 persen dari
penjualan sehari-hari.
Wiwit juga tak pelit membagikan ilmunya termasuk cara
masak onde-onde khasnya. Beberapa tetangga di desa yang dulu bekerja padanya,
kini sudah dilepas untuk membuka usaha sendiri di berbagai kota. ”Jika ditotal,
saat ini sudah ada 200 an tempat usaha dengan karyawan sekitar 2.000 an,” kata
Wiwit.
Onde-onde buatan Wiwit sebenarnya tak beda jauh dengan
onde-onde yang banyak dijual di pasaran. Hanya saja, soal rasa boleh dibilang
berbeda. Bahan baku masih sama, seperti tepung, gula pasir, vanili, mentega,
wijen. ”Kalau onde-onde buatan saya bentuknya kecil-kecil. Setelah ramuan
diaduk dibiarkan 2 – 3 jam, baru digoreng,” katanya.
Kesuksesan warga Desa Tangkisan ini setidaknya sudah
dirasakan pula oleh warga tempat asalnya. Para perajin onde-onde ini mencoba
mengumpulkan uang untuk membantu warga tidak mampu di desanya membangun rumah.
Juga membangun jalan desa. ”Kami sudah mengumpulkan untuk dana sosial sekitar
Rp 12 juta. Dana itu untuk membantu warga yang kurang mampu,” ujar Wiwit yang
dibenarkan Muhamad Azim.
Wakil Bupati Purbalingga Sukento menyatakan rasa salut
atas usaha yang digeluti oleh warga Purbalingga di perantauan. Wabup berjanji
akan membantu fasilitasi seperti membantu mencarikan hak paten atau hak merk
atas onde-onde buatan Purbalingga. Selain itu, bantuan bisa juga berupa
fasilitasi ke perbankan agar mendukung permodalan misalnya untuk membuat
gerobak. ”Bisa saja, perbankan membantu permodalan atau bantuan lain seperti
stiker di gerobak jualan atau seragam bagi pekerjanya,” kata Wabup.
Demikianlah kutipan tersebut, jangan lupa kuncinya
adalah:
ATMM =
Amati-Tiru-Modifikasi-dan- Meledak !!
Doc. by Bio
assalamu alaikum sedulur inyong wong sokasada melu komen, mudah2an paguyuban lingga mas bisa sukses amin
BalasHapusWangalaikumsalam maz alif, Kang Wirya bungah banget ketemu sedulur lanang, muga-muga sing pada waras, slamet lan murah rejeki. Mbesuk ngemben angger pada warase ya bisa ketemu nang kampung bareng. Angger ana wektu tek enteni neng Bandung, mengko tek kenalaken karo sedulur-sedulur Linggamas. Alhamdulillah wektu kiye inyong ya lagi pada rubungan karo Kang Puji (Ketua Paguyuban) lan Kang Wahid (Ketsi Humas). Sing sering nglongok blog-inyong yaa..., silaturahmi go ndawakena umur.
HapusMatur kesuwun....
MUDAH MUDAHAN PAGUYUBAN LINGGA MAS DAPAT MEMANTAU TERNAK BABI YANG SUDAH MENYEBAR PENYAKIT YANG BELUM DI SADARI OLEH RAKYAT SEKITARNYA
BalasHapusWa'alaikumsalam wr. wb. Terima kasih sdr Febry Abi berkenan mengunjungi blognya rekan-rekan Paguyuban Linggamas dengan basis kegiatan di Bandung, dipersilahkan juga kepada sdr. untuk mengunjungi blognya Forum Komunikasi Linggamas alamat URL: forum-komunikasi-linggamas.blogspot.com dengan basis kegiatan di Purbalingga. Forkom akan memfasilitasi keinginan anda yang kebetulan telah menjadi agenda kegiatan Forkom Linggamas di Purbalingga-Banyumas. Paguyuban Linggamas dengan Forkom Linggamas kegiatannya tidak sama, namun demikian kami dapat juga mengkomunikasikan ke Pengurus Forkom. Selemah apapun daya kita kalau bersatu dan kompak akan menjadi kekuatan besar, yang penting jangan grasa-grusu. Terima kasih, ditunggu kunjungan berikutnya. Wa'alaikumsalam wr. wb.
Hapus