Yoo.. Hindari Perilaku Korup...!!

Minggu, 01 Januari 2017

BAWOR SEBAGAI IKON BANYUMASAN

Foto by Hok Gie
Judul di atas pastilah menjadi tanda tanya dan menimbulkan rasa penasaran bagi sebagian orang. Untuk mengetahuinya sebaiknya kita baca berbagai artikel dan sumber, namun tentu saja tidak akan mendapat satu persepsi. Untuk bahan pemahaman, maka saya ambilkan salah satu sumber dari Wikipedia, Lingkar Kajian Banyumas tulisan sdr. Restu Nugroho yang cukup valid dengan beberapa tambahan sumber lain untuk mempertajam pemahaman. Gambar Wayang Punakawan Carub Bawor sering sekali kita jumpai pada event-event tertentu seperti pagelaran seni di wilayah Banyumas dan sekitarnya, Kentongan, Extravaganza dan event lainnya, bahkan dijadikan lambang suatu komunitas atau Organisasi Warga Banyumasan. Sosok Bawor sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Banyumasan, namun dari manakah sosok Bawor ini berasal? Dan Mengapa Bawor dijadikan Maskot/Ikon Banyumasan?. Pasti Anda penasaran bukan, jadi bacalah artikel berikut dengan baik.

Mengapa Bawor Menjadi Maskot Banyumas?

Kemunculan sosok Bawor bermula saat menjadi logo KRAP (Kejuaraan Renang Antar Perkumpulan) di Purwokerto pada tahun 1990. Dan sosialisasi Bawor menjadi maskot Banyumas adalah pada saat pemerintahan Bupati Djoko Sudantoko tahun 1988-1998. Melalui bagian Humas Pemkab Banyumas menyodorkan Bawor, lalu dibuat logo spanduk dan penerbitan buku Hari Jadi Banyumas. Pada saat itu, Bawor secara gethok-tular (berantai) ditetapkan begitu saja menjadi maskot Banyumas tanpa melalui musyawarah, rembugan apalagi melalui sidang DPRD dan ditetapkan dalam bentuk Perda atau Perbup. Hingga kini penetapan Bawor menjadi maskot Banyumas tidak pernah mendapatkan reaksi penentangan dari masyarakat Banyumas, maupun masyarakat kabupaten lain seperti Banjarnegara, Purbalingga, Cilacap dan Kebumen yang berbahasa penginyongan (Masyarakat yang berbahasa penginyongan disebut juga Masyarakat Banyumasan). Dengan maraknya kemunculan sosok Wayang Carub Bawor dalam setiap acara besar Banyumasan dapat dikatakan masyarakat Banyumasan pada umumnya dapat menerima dan mengamininya.

Lalu Apa Hubungannya Bawor Dengan Banyumasan?

BAWOR MASKOT BANYUMAS MANJING MANUNGGAL. Watak dan spirit dalam diri sosok pribadi wong Banyumasan. Sosok Bawor telah menjadi indentifikasi watak orang/masyarakat Banyumasan, yang menjadikan sosok tersebut sebagai ikon/maskot Banyumasan. Bawor merupakan tokoh rekaan yang bersifat lokalitas Banyumas. Dalam pakeliran gagrag Surakarta-Yogyakarta disebut Bagong sedangkan di Sunda dinamai Cepot. Tokoh punakawan ini baik di Banyumas, Solo-Yogya maupun Sunda asal-usulnya tidak sama dan agak samar. Dalam pergelaran wayang kulit purwa gagrag Banyumas Kata “Bawor” atau “Carub Bawor” menunjukan sebuah asimilasi budaya yang meliputi gaya Surakarta, Yogyakarta (Mataraman), Kedu, Pasisiran, Sunda, Banyumas Lor Gunung dan Kidul Gunung. Hal ini menunjukkan pakeliran wayang kulit purwa gagrag Banyumas merupakan perpaduan dari berbagai gaya yang kemudian dituangkan kembali dalam bentuk yang berbeda yang dijiwai oleh latar belakang Budaya Banyumasan yang bersumber dari pola kehidupan masyarakat petani. Dalam konteks pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan, Banyumasan juga merupakan lokus budaya tersendiri yang dapat dibedakan dari budaya induknya, yaitu budaya Jawa. Kebudayaan Banyumasan merupakan percampuran yang sangat kental antara budaya Jawa dan Sunda yang sangat dipengaruhi oleh masuknya kebudayaan Hindu-Budha, Islam dan budaya Barat. Dalam wacana cultural encounter, berbagai kutub budaya tersebut telah saling bertemu di Wilayah Banyumas dan sekitarnya (Sebut Banyumas Raya) yang merupakan daerah marginal survival. Oleh karena itu budaya Banyumasan hadir dalam nuansa kerakyatan yang memiliki warna-warna tertentu di dalamnya seperti warna Jawa, Sunda, Hindu-Budha, Islam dan Barat. Watak Bawor lugu, jujur dan mbodho. Ini untuk dihadapkan kepada kaum pangeran, raja bendaranya Bawor. Sebagai sosok punakawan, pembantu atau abdi Bawor tidak boleh menunjukkan kecerdasanya, maka ia mbodho atau pura-pura bodoh. Dalam lakon-lakon pekeliran gagrag Banyumas sering digambarkan gaya akal-akalan Bawor dalam menyiasati mencari solusi untuk mengakhiri gara-gara menjadi happy ending. Jadi kecerdasan Bawor dikemas dalam gaya semblothongan atau dablongan. Maka, ia dipercaya oleh saudara-saudaranya bahkan oleh para bendaranya. Karakter Bawor yang meresap ke sanubari masyarakat Banyumasan juga tidak terlepas dari peranan Maestro Dhalang Gagrag Banyumasan Ki Soegino Siswo Tjarito pada masa jayanya sekitar tahun 1970 hingga tahun 1990-an yang selalu dapat memunculkan karakter Bawor, sehingga karakter itu akhirnya menular dan merupakan aktualisasi dari masyarakat pandhemen Wayang Gagrag Banyumasan.

H. Budiono Heru Satoto dalam bukunya Banyumas Sejarah, Budaya dan Watak memaparkan bahwa Bawor memiliki gambaran watak : 1. Sabar lan narima, apa adanya dalam kehidupan kesehariannya. 2. Berjiwa kesatria (jujur, berkepribadian baik, toleran) rukun, suka membantu orang lain, dan mengutamakan kepentingan umum. 3. Cacutan (rajin dan cekatan). 4. Cablaka, lahir batinnya terbuka terhadap pertimbangan yang matang dari apa yang diucapkan secara spontan dengan bahan yang lugas, tanpa tedheng aling-aling atau eufenisme. Spirit Bawor adalah gambaran empat watak seperti di atas. Spirit ini merupakan gambaran masyarakat Banyumas yang berada di luar kelompok Nagari Gung dan masuk ke kultur ‘adoh ratu cedhek watu’. Personifikasi wong cilik, rakyat jelata, wong ndesa dan narima ing pandum. Suka atau tidak suka, tokoh Bawor memang dalam pergelaran Wayang Kulit Purwa Gagrag Banyumasan sangat mewakili komunitas wong cilik di Banyumas Raya. Namun di sisi lain terdapat sisi negatif tokoh ini yaitu merelakan diri bertampang jelek, rela menjadi dhagelan, hidup dalam kebodohan, lugu dan glogok soar (mengemukakan apa saja yang diketahui tanpa menimbang efek positif/negatifnya).
Hingga sekarang sosok Bawor selalu muncul di berbagai spanduk, slebaran, lampu hias, Logo Organisasi dan dalam bentuk peragaan dalam arak-arakan berbagai event.

Salam Budaya Banyumasan.

Mudibyo WHS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar