Yoo.. Hindari Perilaku Korup...!!

Rabu, 22 Juli 2015

KSSC NGURIP-URIP WAYANG PURWA

Anggota KSSC
Mengenal Komunitas Sugino Siswo Carito

Komunitas Sugino Siswo Carito disingkat KSSC adalah organisasi hobby para pandhemen (penggemar) nonton pertunjukan Wayang Purwa/Wayang Kulit.
KSSC didirikan tahun 2009 atas inisiatip pandhemen Wayang Purwa Gagrag Banyumasan di Wilayah Jabodetabek. Bersifat terbuka bagi siapa saja pandhemen Wayang Purwa. Pusat kegiatan di wilayah Jabodetabek dengan alamat kepengurusan di Jakarta.
Keanggotaan tidak khusus yang berdomisili di wilayah Jabodetabek saja, namun telah menyebar ke seluruh wilayah Nusantara, bahkan di luar negeri seperti Malaysia, Hongkong, Taiwan, Korea, Suriname, Eropa dan lainnya.
Sampai dengan tgl 21 Juni 2015, jumlah Anggota terdaftar mencapai 4028 orang.
Sebagai alat bantu komunikasi antar anggota dan pengurus menggunakan sosmed Facebook dengan akun Grup Komunitas Sugino Siswo Carito dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi/IT.

Anggota KSSC bersama Ki Guntur Riyanto
KSSC juga bergabung menjadi salah satu anggota Kerukunan Keluarga Besar Banyumasan (KKB) Jakarta pada bulan Agustus tahun 2014. Deklarasinya bertempat di Pendopo Yudanegaran (Sipanji) Kota Banyumas Lama berbarengan dengan acara Halal Bil Halal bersama KKB-KSSC.

Sampai saat ini anggota aktif belum dapat diinventarisir dengan tepat, mengingat dasar hukum sebagai aturan organisasi masih sinkronisasi di Notaris. Kedepan keanggotaan ini akan lebih tertib dan selektif dengan rambu-rambu ‘kewajiban dan hak’ yang jelas.

Kegiatan Komunitas

Kegiatan khusus anggota adalah menonton pagelaran wayang dimanapun lokasi pagelarannya. Sebelumnya antar anggota dan pengurus saling menginformasikan dhalang dan rombongan mana yang akan pentas, lakon dan alamat pementasan.
Untuk membantu agar sesama anggota dapat nonton bersama biasanya Jadwal Pakeliran berupa tanggal, alamat dan nama dhalang diumumkan melalui FB Grup atau Blog Wayang.

Pagelaran Ki Guntur Riyanto pada HBH-2 KSSC-KKB
Anggota KSSC joget bersama Lengger Agnes dari Banyumas
Anggota KSSC mempunyai kekhususan dalam hal nonton wayang yaitu sampai tancep kayon (bubar pagelaran), siapapun dhalangnya atau gagraknya pasti akan ditunggui sampai tamat.
Kegiatan lain adalah diskusi tentang perkembangan wayang, silaturahmi antar anggota, saling kunjung antar grup pandhemen, atau ikut nyengkuyung (meramaikan) acara nonton wayang bareng bersama komunitas lain, serta kegiatan sosial.
Pada acara atau saat-saat tertentu KSSC nanggap wayang sendiri sebagai sarana silaturahmi dan temu kangen antar pandhemen dan seniman wayang dari wilayah Jabodetabek dan Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen).

Kepengurusan KSSC Jabodetabek

Komunitas Sugino Siswo Carito diketuai oleh Eko Purwanto SE, Wakil Ketua Janoko, Sekretaris Slamet, Bendahara Gino Rahardjo, Humas Tri Winarno, Seksi Kegiatan Purwanto Putra dan Korwil Bandung Tasirin.
KSSC mempunyai Pembina/Penasehat yaitu Purbadi SH, MH (Notaris senior), Mudibyo S.AP, MM (Pemerhati Wayang dan Budaya Banyumasan) dan Kuswandi BM (Ketua KKB).

Pembina KSSC memberikan sambutan pada HBH-2
Pengangkatan Anggota Kehormatan oleh Pembina KSSC
Penyerahan Cinderamata kepada Keluarga Alm. Sugino S.C.
Pemberian Penghargaan kepada Anggota Aktif oleh Ketua KSSC
Pemberian Penghargaan kepada Ki Guntur Riyanto oleh Pembina KSSC
KSSC Juga mempunyai Anggota Kehormatan dari berbagai unsur dan keilmuan yang berkaitan dengan Wayang Purwa yaitu: Prof Dr. Heru S Sudjarwo S.Sn sebagai penulis Buku ‘Rupa & Karakter Wayang Purwa’, Ir. Sartono dhalang senior Banyumasan yang giat di Pepadi dan KSSC, Nasirin Lebdoyono Sukarta sastrawan penulis novel ‘Kumandhang Tembang Mrapat’ dan cerita wayang dalam bahasa Banyumasan berjudul ‘Ismaya Metamorfosa’, Guntur Riyanto dhalang muda berbakat binaan KSSC yang sedang naik daun dan Habibudin penulis Balungan Lakon Wayang termasuk Lakon‘Bawor Polokromo’ yang dipentaskan pada acara HBH KSSC yang kedua di Pendhapa Sipanji Banyumas.

Pertunjukan Wayang Purwa Sebagai Model Ekonomi Kreatif

Untuk menunjang bangkitnya perekonomian rakyat, pemerintah mencanangkan program ekonomi kreatif yang ditulang punggungi : para seniman, desainer, pedagang kaki lima dan penggiat IT.
Dengan pola usaha komprehenship yang melibatkan banyak pihak secara tanggung-renteng, memanfaatkan celah dan potensi yang ada. Hal ini berguru kepada pengalaman pasca krisis moneter pada tahun 1998 yang menimbulkan gonjang-ganjing dunia, menumbangkan berbagai usaha besar dan menghancurkan kongklomerasi.
Namun pada saat itu para PKL, bahkan PKL Nomaden dengan modal cekak dapat survive.
Setelah pola dipelajari, ternyata model ‘Pagelaran Wayang Purwa’ merupakan prototype kegiatan ekonomi kreatif yang sempurna; karena dapat menghidupi pelaku seni bersama anggotanya (dhalang, sindhen, pangrawit), persewaan perangkat gamelan & sound/light systemnya, penjual makananan/mainan, penjual assesories wayang dan handycraft, memberikan pekerjaan bagi glidhig, tukang diesel, dlsb.
Warisan nenek moyang ciptaan para pujangga wayang ini sangat hebat dan visioner, karena merupakan hasil pendhalaman dan kontemplasi yang serius.
Model kegiatan pagelaran wayang purwa sejak lama telah mampu menggerakan perekonomian masyarakat Jawa.

Wayang Banyumasan Dengan Kritik Sosialnya

Wayang Purwa muncul di Tanah air sekitar tahun 800 SM dalam bentuk yang sangat sederhana (bentuk realistis), dengan konsentrasi sebaran di Pulau Jawa.
Perkembangan rupa wayang dengan bentuk ginambar miring ini muncul sejak peradaban Hindu masuk ke Tanah Air dilanjutkan pada periode penyebaran agama Islam di Pulau Jawa.

Prof Dr Heru S Sudjarwo, S.Sn bersama Pembina Mudibyo, S.AP. M.M
Ketua KSSC bersama Ki Guntur Riyanto
Anggota KSSC menonton sambil silaturahmi temu kangen
Di Banyumas Raya sendiri Wayang Gagrag Banyumasan boleh dikatakan menganut tiga mazab besar dengan gaya2-nya, yaitu;

a).Mazab Lor Gunung Kendheng (konservatif, masih berpegang teguh pada pakem yang condong ke Gaya Solo) diikuti oleh alm Ki Waryan Kalimanah, alm Ki Surono Banjarnegara, Ki Soegito Purbo Carito, Ki Sigit Aji Soegito dan Ki Bagas Kriswanto.

b). Mazab Kidul Gunung Kendheng, orang lebih mengenal dengan gaya pesisiran dengan penampilan yang lebih bebas dan meriah, berkembang sepanjang pantai selatan sejak Kebumen di sebelah timur hingga sisi Citanduy di sebelah barat. Mazab Pesisiran diikuti oleh alm Ki Taram, Ki Alip Soewarjono, Ki Sigit Djono Saputra, Ki Cithut dsb.

c). Mazab Ginoan, dikembangkan oleh Ki Sugino Siswo Carito dari Notog dengan inovasi lengkap ciri khasnya, seperti: cerita carangan dengan triloginya, aseptable permintaan penggemar, menambahkan warna baru penampilan gebyag, perintis sound & lighting effect, seragam yang gemebyar, rekaman dokumentasi pagelaran dan marketing system yang lebih baik.
Penampilan yang awalnya menimbulkan tanda tanya bagi penonton, keheranan, bahkan adanya rasa tidak suka dari sebagian dhalang dan pandhemen konservatif, kini sudah tidak ada lagi. Ki Sugino dengan percaya diri dan konsisten telah berhasil mengibarkan Mazab Baru Wayang Purwa Gagrag Banyumasan yang sekarang banyak ditiru oleh yuniornya. Mazab Ginoan diikuti oleh Ki Sikin Hadi Warsono, Ki Sutarwin, Ki Eko Suwaryo, Ki Kukuh Bayu Aji, Ki Gendroyono, Ki Mongko Daryono, Ki Guntur Riyanto, Ki Julung Gandhik Ediasmoro, Ki Yakut Agip Ganta Nuraidin dan dhalang muda lainnya.

Perkembangan pagelaran wayang purwa yang penuh gebyar akhir-akhir ini sebagai akibat kurang diminatinya pagelaran wayang kulit oleh kaum muda. Mereka lebih suka budaya barat, sehingga untuk menarik kembali perhatian kaum muda, pagelaran demi pagelaran diadakan inovasi dengan cara : memasukan nada pentatonis dari organ, penambahan lighting dan sound effec, lawak dan simpingan (jajaran) sindhen yang cantik-cantik.
Fenomena semacam ini telah berakibat bergesernya sendi-sendi adiluhung dan kearifan Wayang Purwa.
Dilain pihak, Wayang Purwa dengan gebyag klasik-nya masih didambakan oleh banyak pandhemen yang sudah mengenal wayang secara lebih mendalam.
Bahkan muncul kritik keras dari Komunitas Kritis Pemerhati Budaya dan Kesenian Wayang Kulit degan mengeluarkan Hastag: “Tolak Dalang Brecuh (Saru)”. apabila pagelannya menyinggung porno aksi.

Satu Kesatuan Yang Tak Terpisahkan

Berkembang dan bertahannya Wayang Purwa hanya bisa terjadi apabila: penyandang dana (penanggap), dhalang (pelaku seni), pandhemen (penonton), mass media, Pepadi selaku pembina profesi dan Pemerintah sebagai regulator dapat bekerja sama secara erat dan simultan. Karena masing-masing mempunyai peranan yang khas dan tidak dapat dipertukarkan.

Demikian yang bisa saya sampaikan.
Jaya-jaya wijayanti, lestariya kang sami pinanggih

MB Mudibyo WHS.,S.AP, MM (Kang Wirya Congot), Pembina KSSC

4 komentar:

  1. Terima kasih mas C. Bastian...marilah kita bergandengan tangan secara erat untuk ngrembakaning Wayang Gagrag Banyumasan yang fenomenal ini sesuai dengan kemampuan dan bidang kita masing-masing

    BalasHapus
  2. :::

    Sejak Kang Wirya Congot meng 'indoors' saya di KSSC, saya tak bisa lagi sembunyi di ROEMAH BATA MERAH yang awalnya hanya saya jadikan 'Goeboeg Singgah' lintasan saya ke Tegal - Kebumen dan Yogyakarta.

    Apapun, akhirnya TUHAN pula yang memiliki rencana.

    Salam Budaya.

    BalasHapus
  3. Suatu hal yang menggembirakan, kita dipertemukan oleh Tuhan untuk menyumbangkan sekedar darma bakti bagi lestarinya budaya Jawa khususnya Banyumasan dan lebih khusus Wayang Kulit Gagrag Banyumasan. Terima kasih kawan, sudah berkenan bergabung di Komunitas.

    BalasHapus