Yoo.. Hindari Perilaku Korup...!!

Jumat, 15 Mei 2015

PERINGATAN 60 TAHUN KAA

Gedung KAA di Bandung
Tentang Konferensi Asia-Afrika

Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika (disingkat KTT Asia Afrika atau KAA; kadang juga disebut Konferensi Bandung) adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.

Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.

Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerusuhan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru.

Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.

Kilas Balik

· 23 Agustus 1953 - Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo (Indonesia) di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.

· 25 April–2 Mei 1954 - Berlangsung Persidangan Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.
 
· 28–29 Desember 1954 - Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.
 
· 18–24 April 1955 - Konferensi Asia-Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan Dasasila Bandung.

Pertemuan Kedua Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2005 

Untuk memperingati lima puluh tahun sejak pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara negara-negara Asia dan Afrika telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan baru di Bandung dan Jakarta antara 19-24 April 2005. Sebagian dari pertemuan itu dilaksanakan di Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu. Sekjen PBB, Kofi Annan juga ikut hadir dalam pertemuan ini. KTT Asia–Afrika 2005 menghasilkan NAASP (New Asian-African Strategic Partnership, Kerjasama Strategis Asia-Afrika yang Baru), yang diharapkan akan membawa Asia dan Afrika menuju masa depan yang lebih baik berdasarkan ketergantungan-sendiri yang kolektif dan untuk memastikan adanya lingkungan internasional untuk kepentingan para rakyat Asia dan Afrika. 

Pertemuan Ketiga Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika 2015 

72 Negara Pastikan Hadiri Peringatan KAA ke-60 

Terkait kepastian para kepala negara yang akan hadir dalam KAA, sampai saat ini sudah ada 72 kepala negara yang menyatakan kesiapan hadir dalam KAA. Kementerian Luar Negeri memastikan 72 negara telah mengonfirmasi kehadirannya. KAA ke-60 akan dilaksanakan di 2 kota yaitu Jakarta pada 19-23 April dan Bandung pada 24 April. Agenda KAA meliputi "Asia-Afrika Bussiness Summit" dan "Asia-Africa Carnival". Tema yang dibawa Indonesia dalam acara yang akan dihadiri 109 pemimpin negara dan 25 organisasi internasional tersebut adalah peningkatan kerja sama negara-negara di kawasan Selatan, kesejahteraan, serta perdamaian. 

Kim Jong-un Akan Hadir di KAA ke-60 

Menurut informasi, dari 109 negara, 17 observer yang diundang, sampai beberapa hari lalu yang menyatakan partisipasi 85 negara. Kepala negara yang konfirmasi hadir itu sebanyak 24 kepala negara. Tapi, konten lebih lengkap ada di Kementerian Luar Negeri. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un sempat dikabarkan akan hadir dalam Konferensi Asia Afrika (KAA). Hal tersebut sebelumnya diberitakan di yonhap.kr.co, Minggu 25 Januari lalu. Jika kehadiran itu benar-benar terjadi, hal ini merupakan yang pertama bagi pemimpin Korea Utara itu menghadiri pertemuan internasional. Semenjak dia mengambil alih pemerintahan Korea Utara pada 2011, belum pernah ada laporan resmi mengenai perjalanan luar negeri Kim Jong-un. Tetapi sebelumnya dikabarkan, Dubes Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK/Korut) untuk Indonesia Ri Jong Ryul membantah informasi kedatangan 'Supreme Leader'. Dia mengatakan, Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat DPRK Kim Yong-nam yang akan datang ke Tanah Air, bukan Kim Jong-un. Apabila Kim Jong-un bisa hadir di KAA ke-60, maka ini merupakan sejarah baru. 

Indonesia Galang Deklarasi Dukungan Palestina Merdeka

Skala internasional Konferensi Asia-Afrika (KAA) tahun ini digelar. Undangan untuk beberapa negara terkait pun telah dikirim. Penanggung jawab Panitia Nasional ‎Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) Luhut Pandjaitan mengatakan, dari 109 negara di Asia dan Afrika, tidak semua mendukung kemerdekaan Palestina. Karena itu, Pemerintah RI akan mendorong peserta KAA yang hadir, agar turut mendukung deklarasi tersebut. Dukungan pemerintah Indonesia terhadap Palestina sebagai negara merdeka, akan diwujudkan dalam pelaksaan Konferensi Asia Afrika (KAA). Indonesia akan menggalang deklarasi ‎dukungan penuh. Hingga saat ini draf dukungan Palestina merdeka masih dibahas perwakilan Indonesia di New York.‎ Luhut di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa 31/3/2015 mengatakan, "Saya belum tahu perkembangan terakhir. Tapi itu menjadi usulan dari pemerintah Indonesia dan itu janji presiden. Kementerian Luar Negeri kita masih melobi itu. Mudah-mudahan bisa kita capai." Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia mempunyai arti penting bagi Palestina. Seperti komitmen Jokowi sejak awal menjadi presiden, pemerintah RI akan terus mendorong deklarasi ini, agar Palestina menjadi negara merdeka dan masuk anggota PBB. "Dan itu saya pikir, sangat penting untuk kita dorong mengenai kemerdekaan Palestina dan dukungan penuh Palestina masuk PBB," tegas Luhut. Hal ini, mendukung bagi kemerdekaan suatu bangsa, merupakan komitmen Indonesia sejak diproklamasikan sebagaimana tertuang di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Raja Yordania Akan Bahas Pemahaman Islam

Salah satu yang telah menerima undangan dan menyatakan ingin menghadiri acara yang dilaksanakan di Jakarta dan Bandung pada 22-24 April mendatang adalah Yordania. Namun kepastian kehadiran Raja Yordania, Abdullah II belum bisa dipastikan. Masih perlu menunggu konfirmasi dari pihak protokol kerajaan. Hal itu, disampaikan Raja Abdullah II kepada Utusan Khusus Presiden RI, Alwi Shihab, di Istana Hussainiya, Amman, Yordania, Rabu 18 Maret 2015. Pada pertemuan tersebut, Raja Yordania dan Utusan Khusus Presiden RI juga mendiskusikan berbagai isu penting di kawasan yang menjadi perhatian bersama. Salah satu isu yang mengemuka adalah mengenai pentingnya pengembangan pemikiran dan pemahaman Islam yang moderat di kalangan umat Islam. "Kedua pihak memandang bahwa langkah tersebut dapat mendorong berkembangnya pemikiran dan gerakan umat Islam yang membawa pesan damai dan manfaat bagi seluruh umat manusia," demikian dijelaskan pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang diterima Jumat, 20/3/2015. Sumber; (wikipedia.org

Bandung dan Jakarta Tuan Rumah Peringatan 60 Tahun KAA (19 Apr 2015 - 24 Apr 2015) 

Momen bersejarah Konferensi Asia Afrika menginjak usia ke-60 pada 2015 ini. Peringatan konferensi yang sangat berpengaruh terhadap perdamaian dunia tersebut berlangsung 19-24 April di Bandung dan Jakarta. Pada konferensi pers di Istana Presiden, Jum'at (9/1), Menteri Luar Negeri Retno P Marsudi menyatakan bahwa Pemerintah mengundang 106 wakil negara dan 19 organisasi internasional untuk berpatisipasi dalam acara tersebut. Tema yang diusung dalam Peringatan ke-60 tahun Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika adalah "Penguatan Kerjasama Negara Selatan-Selatan".

"‎Tema yang kita jual dalam peringatan 60 tahun KAA adalah perkuatan, straigthening, kerjasama selatan-selatan. Akan tetapi, pada saat yang sama kita juga menginginkan agar kerjasama selatan-selatan ini juga memberikan kontribusi terhadap upaya untuk mempromosikan perdamaian dan kesejahteraan dunia," paparnya. 

Rangkaian kegiatan meliputi pertemuan internal antar wakil negara pada 19-23 April 2015 di Jakarta. Dimulai pertemuan tingkat pejabat tinggi, diteruskan dengan pertemuan tingkat menteri, dan diakhiri dengan pertemuan tingkat kepala negara/pemerintahannya. 

Sementara itu, acara puncak peringatan berlokasi di Bandung, tepatnya di Gedung Merdeka yang sekarang disebut sebagai Gedung Asia Afrika. Gedung tersebut adalah lokasi dimana Konferensi Asia Afrika dulu dilaksanakan pada 1955. Selain itu, ada beberapa acara besar lainnya yang digelar di Bandung seperti Asia Afrika Carnival dan Asia Afrika Forum Bisnis.
Ridwan Kamil selaku Walikota Bandung memberlakukan hari libur pada 24 April 2015 sehingga warga Bandung dapat bergabung dalam perayaan tersebut. Ia mengatakan bahwa tidak kurang dari 15 acara tingkat nasional akan disusun menuju peringatan puncak di Bandung. Selain itu, pada acara itu digelar konferensi HAM dan teknologi. Pihaknya juga mengundang CEO bisnis dunia.
 "Ada parade lebih dari 100 negara peserta yang tampil dengan kostum nasional disertai musik masing-masing negara, mereka menampilkan budaya sendiri. Peringatakan Konferensi Asia Afrika tahun ini diwarnai banyak musik dan warna, pasti sangat berkesan," tambah Ridwan Kamil.
 Sementara itu, Presiden Indonesia, Joko Widodo, menyatakan bahwa ini adalah momen yang sempurna bagi dunia untuk mengingat bahwa Indonesia telah memainkan sejarah penting dalam sejarah dunia. Ia berharap bahwa peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika dapat menghidupkan hal itu dan meminta agar semua pihak bisa mempersiapkan Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 dengan baik.

“Kita tahu ini adalah sebuah momentum yang sangat baik bagi negara kita untuk kembali mengingatkan kepada dunia bahwa kita mempunyai peran yang sangat besar pada saat itu dan kita ingin memori dan ingatan itu kita ingin angkat kembali,” jelas Jokowi.
 Oleh sebab itu, lanjut Jokowi, Indonesia harus mempersiapkan peringatan KTT Asia Afrika dengan baik. Mulai dari akomodasi, logistik, pengamanan protokol, dan juga dari segi petugas kesehatan. "Karena praktis waktunya tinggal 3 bulan lagi," tegas Jokowi. 

Konferensi Demi Perdamaian Dunia 

Berikut adalah isi Dasasila Bandung
1. Menghormati hak-hak asasi manusia sesuai dengan Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan wilayah setiap bangsa.
3. Mengakui persamaan semua ras dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
4. Tidak melakukan campur tangan dalam soal-soal dalam negara lain.
5. Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif.
6. Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan agresi terhadap negara lain.
8. Menyelesaikan masalah dengan jalan damai.
9. Memajukan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

Konferensi Asia Afrika diadakan usai Perang Dunia II, ketika kondisi keamanan dunia belum stabil dan terjadinya Perang Dingin antara Amerika Serikat (pemimpin Blok Barat)dan Rusia (pemimpin Blok Timur). Kedua kekuatan besar yang saling berlawanan dan mencari dukungan dari negara-negara di Asia Afrika tersebut juga saat itu terus mengembangkan senjata pemusnah massal sehingga situasi dunia selalu diliputi kecemasan terjadinya perang nuklir. Dari sinilah negara-negara yang baru merdeka menggalang persatuan mencari jalan keluar demi meredakan ketegangan dunia. 

Pemerintah Indonesia, melalui saluran diplomatik melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika demi meredakan ketegangan dunia. Ternyata umumnya mereka menyambut baik dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi. Termasuk pula dukungan dan desakan dari Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India yang berharap segera melaksanakan konferensi setelah melakukan pertemuan langsung dengan Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo. 

Demi menggagas konferensi, pada 28 - 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi Kolombo (Indonesia, India, Pakistan, Birma, Ceylon) mengadakan pertemuan di Bogor pada 28-31 Desember 1954 untuk membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika. Pertemuan di Bogor berhasil merumuskan kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang pada Konferensi Asia Afrika, termasuk persiapan penyelenggaraan KAA. 

Lima perdana menteri yang hadir dalam pertemuan di Bogor adalah: Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo dari Indonesia, Perdana Menteri Jawaharal Nehru dari India, Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah dari Pakistan, Perdana Menteri Sir John Kotelawa dari Srilanka, dan Perdana Menteri U Nu dari Myanmar. Kelima tokoh itulah yang kemudian dikenal sebagai Pelopor Konferensi Asia Afrika dengan hasil kesepakatan yang kemudian dikenal sebagai Konferensi Panca Negara dan Indonesia dipilih menjadi tuan rumah konferensi tersebut dimana Presiden Soekarno sebagai pemimpin pertemuan menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi.

Konferensi Asia Afrika dilaksanakan di Bandung dan dibuka oleh Presiden Soekarno. Para pemimpian negara yang hadir adalah: Jawaharlal Nehru dari India, Sir John Kottalawala of Srilanka, Muhammad Ali dari Pakistan, Norodom Sihanouk dari Kamboja, U Nu dari Myanmar, Abdel Nasser dari Mesir, Zhou En lai dari China, dan lainnya.

Konferensi Asia Afrika di Bandung berhasil meraih kesuksesan baik dalam merumuskan masalah umum, menyiapkan pedoman operasional kerjasama antarnegara Asia-Afrika, serta menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia. Hasil dari pertemuan tersebut kemudian dikenal sebagai "10 Dasasila Bandung" dimana di dalamnya memuat cerminan penghargaan terhadap hak asasi manusia, kedaulatan semua bangsa, dan perdamaian dunia. 

Setelah kesepakatan dari Konferensi Asia Afrika di Bandung disusun, satu per satu negara di Asia dan Afrika memperjuangkan serta memperoleh kemerdekaannya. Hal ini jugalah yang memupuskan niatan kubu Blok Barat seperti Inggris, Belanda, Perancis dan Spanyol untuk meneruskan penjajahan dalam bentuk neokolonialisme. Sumber: (aacc2015)

24 April 2015 Puncak Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika di Bandung 

Pada April 1955, Bandung mencatat sejarah sebagai kota yang menjadi pusat pertemuan negara-negara di Asia dan Afrika. Itulah yang dikenal dengan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang melahirkan Dasasila Bandung. Dasasila ini melahirkan pernyataan mengenai dukungan bagi perdamaian dan kerjasama dunia. Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Nehru. Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961. Sumber; (wisatabdg.com) 

Kepala Negara Yang Ikut Napak Tilas KAA 2015

Tidak semua kepala negara mengikuti Historical Walk di Bandung. Dari 32 kepala negara yang menghadiri Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika 2015 di Jakarta, hanya 22 kepala negara yang mengikuti Historical Walk.


Para Pimpinan Negara Peserta Historocal Walk

"Acara tapak tilas ini untuk mengenang Konferensi Bandung 1955 dan menghargai jasa para pemimpin Asia-Afrika yang hadir pada saat itu," kata Yuri Octavian Thamrin, juru bicara Peringatan 60 Tahun KAA 2015, Kamis, 23 April 2015.

Tamu VVIP yang tidak ke Bandung antara lain Raja Yordania Abdullah, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan Ocha, Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Perdana Menteri Mesir Ibrahim Mahleb, Presiden Iran Hassan Rouhani, Wakil Presiden Republik Seychelles Danny Faure, serta Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah.


Sesi Foto Bersama Para Pimpinan Negara AA

Sedangkan kepala negara yang ikut Historical Walk antara lain Perdana Menteri Nepal, Presiden Madagaskar, Wakil Presiden Zambia, Wakil Presiden Aljazair, Wakil Presiden Liberia, Wakil Presiden Libya, Wakil Presiden Filipina, Wakil Presiden Uganda, Perdana Menteri Rwanda, Presiden Korea Utara, Presiden Sierra Leone, Presiden Timor Leste, Presiden Zimbabwe, Raja Swaziland, Perdana Menteri Malaysia, Wakil Presiden Afrika Selatan, Wakil Presiden Angola, Perdana Menteri Kamboja, Presiden Vietnam, Presiden Sierra Leone, Presiden Myanmar, Presiden Cina, Presiden Vietnam, Wakil Presiden Liberia, serta Wakil Presiden Venezuela. Sumber; (tempo.co) 

Konferensi Asia Afrika Hasilkan Tiga Dokumen 

Konferensi Asia Afrika yang berlangsung sejak akhir pekan lalu, secara resmi ditutup pada Kamis (23/4/2015) sore ini. Presiden Joko Widodo sebagai co-chair dari Konferensi Tingkat Tinggi ini membacakan hasil dari pelaksanaan konferensi tersebut.


Suasana Peringatan KAA di Dalam Gedung Merdeka

"Para menteri telah menyampaikan tiga dokumen akhir untuk kita adopsi," ujar Jokowi di hadapan para peserta KAA.

Pertama, kata dia, adalah Pesan Bandung 2015 yang berisi penguatan kerja sama selatan-selatan untuk mendukung perdamaian dan kemakmuran.

Kedua, deklarasi penyegaran kemitraan strategis baru Asia Afrika. Ketiga, deklarasi tentang Palestina.

Jokowi mengatakan, proses penyusunan dilakukan terbuka dan inklusif yang mencerminkan rasa kepemilikan semua pihak yang terlibat. Dia yakin konsep yang disepakati ini merefleksikan jiwa Dasasila Bandung dan pandangan serta kepentingan semua negara peserta.

"Dengan persetujuan Yang Mulia, ketiga dokumen ini akan kita sahkan sebagai hasil dari Konferensi Asia Afrika 2015. Ketiga dokumen hasil konferensi saya sahkan," kata Jokowi, sambil mengetuk palu tiga kali tanda berakhirnya pelaksanaan KAA.

Seperti diketahui, rangkaian kegiatan KAA telah dimulai sejak 19 April dengan ditandai pertemuan Senior Official Meeting. Pada forum SOM itu digodok sejumlah isu yang kemudian dimasukkan dalam tiga dokumen yang menjadi hasil akhir KAA.

Pada 22 April, seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan berkumpul dan menyampaikan pandangannya satu per satu. Pada intinya, mereka sepakat meningkatkan kerja sama selatan-selatan dalam menjaga stabilitas kawasan hingga kemakmuran bagi seluruh negara Asia-Afrik. Seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan juga sepakat untuk tetap memperjuangkan Palestina sebagai negara merdeka.

Pada saat KAA tahun 1955, semangat melawan kolonialisme begitu kuat. Saat itu, hanya beberapa saja negara di kawasan Asia dan Afrika yang merdeka. Namun, 60 tahun kemudian, hampir seluruh negara Asia-Afrika merdeka, kecuali Palestina. Setelah pelaksanaan KAA selesai, seluruh kepala negara dan kepala pemerintahan mengikuti peringatan KAA ke-60 dengan melakukan historical walk dari Hotel Savoy Homan menuju Gedung Merdeka, di Bandung, Jawa Barat pada Jumat (24/4/2015). Sumber; (kompas.com) 

Warna-warni Konferensi Asia Afrika 2015 

Konferensi Asia Afrika yang diadakan tanggal 19-24 April di Indonesia tidak melulu membahas kerja sama bilateral antara negara Selatan-Selatan.

Indonesia sebagai tuan rumah berusaha menjamu tamu-tamu kehormatan dengan berbagai hiburan, serta dengan bangga memeperkenalkan kekayaan budaya yang dia miliki.

Payung berwarna-warni menghiasi Jl. Braga dan Jl. Otista di Bandung

Seperti misalnya batu akik Panca Warna yang menjadi cinderamata para peserta Konferensi Asia Afrika.

Ibu Negara Iriana Joko Widodo pada Rabu (22/4) memperkenalkan kain batik dan kain khas Indonesia yang dipamerkan di Museum Tekstil yang terletak di Jakarta Pusat. 

Dikemas dalam acara yang diperuntukkan bagi istri-istri kepala negara yang hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika di Jakarta, kunjungan ke Museum Tekstil tersebut berlangsung semarak dan menarik.

Dalam acara tersebut hadir istri Presiden Timor Leste Ny Taur Matan Ruak, istri Presiden Zimbabwe Ny Robert Mugabe, isteri Presiden Madagaskar Ny Hery Rajaonarimampianina, serta Ibu Mufidah Kalla, dan Ibu Veronica Tan.

Pada pukul 10.00 WIB rombongan tiba di Museum Tekstil dan diterima oleh Ibu Negara Iriana dan Ibu Mufidah Kalla. Masing-masing istri kepala negara tersebut menerima selendang batik yang dikalungkan oleh Ibu Irina dan Ibu Mufidah.

Rombongan kemudian berkeliling melihat koleksi Museum Tekstil yang memiliki ratusan jenis kain nusantara dari mulai batik hingga kain tenun lainnya. Tak hanya melihat koleksi museum, Ibu Negara dan Ibu Mufidah Kalla juga mengajak tamunya untuk melihat langsung proses pembuatan batik tulis. Ny Taur Matan Ruak dan Ny Robert Mugabe bahkan mencoba langsung bagaimana proses membatik.

Sebelum acara kunjungan berakhir, rombongan sempat mengikuti jamuan minum teh dan berfoto bersama.

Ibu Iriana dalam kesempatan itu mengenakan kain batik perpaduan hitam dan cokelat yang dipadu dengan atasan berwarna merah jambu dan selendang batik yang senada dengan kain batik. Sementara Ibu Mufidah Kalla mengenakan baju kurung berwarna hijau tosca dipadu dengan kain songket.


Pengamanan KAA terdiri dari TNI, POLRI dan Elemen Masyarakat


Sementara itu di Bandung sosok "Charlie Chaplin" hadir di tengah-tengah persiapan Peringatan ke-60 KAA di Gedung Merdeka dan berbaur dengan masyarakat yang datang ke lokasi itu.

"Asyik bisa foto dengan Charlie Chaplin di sini, momen langka bisa berfoto dengan sosok ini di peristiwa bersejarah seperti ini," kata Nurlaela (20) salah seorang mahasiswa yang berkunjung ke kawasan Gedung Merdeka Bandung. 

Perempuan berkerudung itu beberapa kali berpose bersama "Charlie Chaplin" yang hadir sejak pagi hari di sekitar ring satu untuk acara napak tilas KAA 1955 itu.

Seorang pemuda tampak dengan apik memerankan sang komedian yang identik dengan jas hitam putih, seonggok kumis, topi hitam, tongkat serta make up khas. Pria Chaplin asal Bandung itu menjadi primadona untuk menjadi teman difoto atau selfie oleh pengunjung yang masih cukup deras datang ke kawasan itu.

Dengan sabar, sang Chaplin lokal Bandung itu melayani foto warga dengan memasang mimik khas komedian dan sineas legendaris asal Britania Raya itu. Bahkan tak jarang ia menuruti pose yang diinginkan oleh penggemarnya untuk berfoto bareng. Dalam beberapa kesempatan, ia berpantomim meniru gerakan-gerakan kocak Charlie Chaplin.

"Saya senang dengan sosok Charlie Chaplin, dan diharapkan ini bisa menghibur warga yang datang ke sini," kata pria "Charlie Chaplin" itu ketika ditemui di samping Gedung PLN DJBB yang di seberang Gedung Merdeka.

Sosok Charlie Chaplin juga memiliki sejarah dengan kawasan ring satu Konferensi Asia Afrika itu. Pada tahun 1923, sosok sineas yang memiliki ciri khas kumis seonggok itu pernah menginap di Hotel Savoy Homan Bandung, yakni hotel yang juga menjadi tempat menginap delegasi KAA tahun 1955. 

Pergunakan Sound System Hasil Karya Anak Bangsa

Kreator Sound System V8sound.com Harry Kiss mengaku bangga pengeras suara ciptaannya digunakan dalam Peringatan ke-60 Tahun Konferensi Asia Afrika.

V8Sound.com Produk Unggulan Bangsa

"Saya bangga KAA ini menggunakan sound system karya anak bangsa, V8sound.com," katanya.

Ia mengatakan V8sound.com digunakan dalam acara KAA yang digelar di 17 lokasi, 12 pertemuan penting di JCC, 3 diantaranya digelar di Gedung DPR RI, dan 5 lokasi di Bandung, yaitu di Gedung Merdeka, di Hotel Savoy Homann dan Viewing di OCBC NISP, Hotel Ibis dan hotel Majestic Bandung. 

Selain KAA, kata dia, V8Sound.com yang diciptakannya itu juga telah digunakan dalam acara-acara besar internasional di Tanah Air, seperti APEC di Bali, ASEAN Summit, Bali Democracy Forum, Jakarta International Defense, dan saat kedatangan Presiden Obama di Jakarta beberapa tahun lalu.

Bahkan, Harry Kiss yang juga ayah dari penyanyi Vidi Aldiano itu pernah mendapatkan penghargaan dari Gedung Putih.

"Saat itu White House Communication Agency, Kepresidenan Gedung Putih Amerika puas dengan kualitas tata suara yang diberikan, selama Presiden Obama di Bali saat ASEAN Summit," katanya.

Harry mengatakan, untuk menggelar tata suara dalam acara besar seperti ini memerlukan ketelitian, "zero mistake" dan teknologi tata suara yang memadai, sehingga menghasilkan kejernihan suara yang terbaik.

"Di samping itu harus memahami ilmu akustik ruangan. Jadi selama bekerja untuk mencapai hasil terbaik saya dibantu oleh DR Joko Sarwono, pakar akustik dari ITB, khususnya untuk menggatasi kendala akustik di Gedung Merdeka Bandung saat acara KAA," katanya.

Produk V8Sound yang digunakan di KAA meliputi loudspeaker seri merah putih, amplifier, hingga microphone.

"Bangga rasanya bisa mandiri dalam teknologi tata suara, dengan menggunakan produk karya anak bangsa dan saya yakin Indonesa Bisa," ujarnya.

Harry Kiss beberapa waktu lalu juga memamerkan hasil karyanya berupa Speaker seri 7 Presiden di Frankfurt Jerman 15- 18 April 2015.

Angklung For The World 

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga menjadi Ketua Side Event Peringatan Konferensi Asia Afrika ke-60 pada 19-24 April 2015 terus memantau persiapan pertunjukan kolosal "Angklung for The World" yang digelar di Stadion Siliwangi Bandung pada 23 April 2015 pukul 09.00-10.00 WIB, sebagai salah satu "side event" KAA 2015.

Saat dihubungi Antara, Menteri Arief mengatakan sangat penting untuk memastikan pertunjukan angklung untuk KAA sudah siap, apalagi karena momen ini amat krusial mengingat tantangannya tidak mudah. 

"Bermusik dengan jumlah pemain lebih dari 20.000 pasang mata, satu kepala pegang satu nada, dan dipimpin satu konduktor," tuturnya. 

Menurut dia, persiapan harus dilakukan dengan benar-benar matang. 

Apalagi masing-masing pemain harus bisa berkolaborasi di "open space" yang jarak terjauh antar pemainnya lebih dari 125 meter. 

Terlebih, venue berada di tribun lapangan bola yang cekung, dengan satu sisi tribun, yang pasti menghasilkan gema seperti echo. 

"Dari sinilah, pentas angklung terbesar sepanjang sejarah itu akan diabadikan oleh World Guinness Book of Record 2015. Persiapan sudah 100 persen," ujar Menpar Arief Yahya.

Konser Angklung Spektakuler dengan 20.000 Peserta

Rencananya, kata Arief, penghitungan jumlah peserta yang memainkan angklung akan dikontrol dan dihitung langsung oleh tim dari "Guiness Book of The Record".

"Pada saat peserta masuk ke Stadion Siliwangi, dengan menenteng alat musik dari bambu khas Sunda itu, mereka akan dihitung, dan didata. Kalau peserta yang sudah mendaftar, sudah 20.000 orang," jelas mantan Dirut PT Telkom itu. 

Mereka akan memainkan lagu mars "Halo Halo Bandung!", lagu perjuangan yang identik dengan semangat rakyat Bandung pada masa pasca-kemerdekaan 1946, persisnya di peristiwa Bandung Lautan Api, 23 Maret 1946. 

Lagu legendaris dengan hentakan yang cepat menggambarkan bagaimana semangat masyarakat Bandung terbakar agar kotanya tidak direbut dan dikuasai lagi oleh Sekutu dan tentara NICA Belanda yang ingin mengambil alih setelah Jepang takluk.

Ia mengatakan, dibandingkan orkestra dengan 100 pemain lengkap, mungkin tidak terlalu sulit. Tetapi 20.000 orang dengan derajat kosentrasi yang berbeda, itu tidak gampang. 

"Terus terang, saya juga merinding dengan jumlah pemain angklung sebanyak itu, saya makin penasaran, seperti apa efek suara yang ditimbulkan di show kolosal itu. Saya membayangkan, pasti spektakuler dan memukau! Dan itu akan menjadi bahan perbincangan di arena Peringatan KAA ke-60".

Satu lagu legendaris lagi yang bakal dimainkan dalam menyambut tamu-tamu negara ke Tanah Air adalah "We are the World". 

"Andai Michael Jackson, sang legenda pop dunia asal Amerika itu masih hidup, mungkin dia akan terbang ke Bandung, menjadi saksi gemuruhnya musik Angklung for The World, 23 April," kata Menpar Arief Yahya di Jakarta. 

Lagu gubahan Michael Jackson dan Lionel Richie tahun 1985 itu sering didendangkan oleh banyak penyanyi top dunia itu. 

"Pilihan lagu itu matching dengan peringatan besar Konferensi AA," ungkap Arief Yahya yang asli Banyuwangi, Jawa Timur itu. 

Seperti diketahui, alat musik yang terbuat dari bambu itu sudah terdaftar dan dicatatkan sebagai Warisan Budaya Dunia atau "The Intangible Heritage of Humanity", UNESCO, sejak Kamis, 18 November 2010 di Nairobi, Kenya, Afrika atau sudah hampir 15 tahun. 

Keberadaan angklung sebagai warisan budaya dan diakui oleh lembaga PBB yang bergerak di bidang Pendidikan dan Kebudayaan itu menyusul keris, wayang, dan batik yang lebih dulu ditetapkan sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia.

"Kita harus bangga dengan karya budaya asli itu. Anak-anak muda juga bisa bermain angklung dengan indah," ujar Menteri kelahiran Banyuwangi, Jatim ini.

UNESCO menilai, angklung memenuhi kriteria sebagai warisan budaya bukan benda yang diakui dunia internasional.

Angklung juga dianggap menjadi bagian penting identitas budaya Jawa Barat dan Banten.

Seni musik ini mengandung nilai-nilai dasar kerja sama, saling menghormati dan harmonisasi sosial.

"Karena itu, menampilkan angklung di pentas internasional sebagai side event nya Peringatan KAA sudah pas. Ada kekuatan budaya yang bisa ditampilkan di saat banyak orang asing yang berkunjung ke Bandung," jelasnya.

Menurut dia, angklung sudah sangat popular di pentas dunia dan sering dipromosikan dan dibawa oleh delegasi Indonesia dalam berbagai ajang pameran di banyak negara.

"Pemecahan rekor dunia ini semakin memperkokoh potensi dan keunikan budaya kita dalam peta pariwisata dunia," tuturnya.

Sebelumnya, Guinness World of Record pernah mencatat rekor bermain angklung kolosal di Beijing, Tiongkok. Kala itu Kedutaan Besar RI di Beijing bersama Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT) mencatatkan 5.393 pemain angklung di Stadion Buruh Beijing.

Di sana, orchestra angklung pimpinan Daeng Udjo itu memainkan beberapa lagu, seperti Manuk Dadali, lagu berbahasa Mandarin Yueliang Daibiao Wo De Xin, dan lagu kebersamaan: We Are The World.

Rekor yang dibukukan di Ibu Kota Tiongkok itu, sudah menggugurkan catatan kolosal sebelumnya, yang digelar di kaki Monumen Nasional Kebanggaan AS di Washinton DC.

Konsep acaranya dirancang oleh Dino Patti Djalal, Mantan Dubes RI untuk AS. Saat itu, dicatat 5.102 orang ikut bermain, dan mendendangkan lagi yang sangat popular di AS saat itu, "We Are The World" dan "Take Me Home Country Road".

Di Adelaide, Australia, konser angklung terbanyak pernah dimainkan dalam Royal Adelaide Show 2014, pada 13 September 2014.

Di acara pameran tahunan pertanian terbesar di Negeri Kanguru Selatan itu host-nya adalah Royal Agriculture and Horticulture Society of South Australia.

Mereka mengklaim ada 6.100 angklung (dari 7.000 yang dibawa dari Indonesia), dimainkan bersama oleh pengunjung acara itu dari berbagai usia. Karena itu, jumlah itu layak dicatat sebagai peraih rekor baru.

"Waltzing Maltida", lagu khas Australia dan "Happy Birthday" dimainkan dengan instrumen khas angklung, dalam rangkaian peringatan 175 tahun Royal Agriculture Society of South Australia.

Tetapi, sampai sekarang belum ada keterangan resmi dari Guinness Book of The Record, yang mencatat rekor itu.

Bagi Menteri Pariwisata Arief Yahya, di manapun juga, dalam jumlah berapapun juga, pentas musik etnik angklung itu harus diapresiasi. Mereka turut mempopulerkan karya budaya asli Indonesia yang telah lama mengakar kuat.

"Begitu mendengar istilah angklung, melihat bambu pembuat angklung, mendengar suara musik berbasis bambu, yang ada di pikiran orang langsung ke Indonesia. Ini sama dengan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia," tukasnya. Editor: RuslanBurhani COPYRIGHT © ANTARA 2015 

KAA 2015 Selesai, Instalasi Gambar Para Tokoh Negara Rusak 

Sebagian instalasi bergambar tokoh Konferensi Asia Afrika (KAA) rusak seusai acara. Pembuatnya, komunitas Wedha's Pop Art Portrait (WPAP) Bandung, merasa miris.


Bola Hias nama2 negara dicongkel dari tempatnya

"Karya instalasi dan standing figure ada beberapa yang rusak oleh masyarakat. Karena ketika berfoto disenderi. Ada yang patah, miring, dan sobek," kata ketua komunitas tersebut, Ahmad Nada kepada Tempo. 

Karya instalasi berupa lampion kotak bersusun dua tumpuk itu bergambar mosaik tokoh-tokoh KAA, seperti mantan Perdana Menteri (PM) India Jawarhalal Nehru, PM Burma U Nu, dan PM Cina Zhou En Lai. Karya tersebut dipajang di sepanjang Jalan Cikapundung Timur yang berada di sisi kanan Gedung Merdeka.

Saat sebelum dan sesudah acara KAA, lokasi itu padat pengunjung. Sebagian datang untuk memotret suasana dan diri sendiri. Fasilitas lain yang juga rusak seperti pot kembang dan bangku taman yang dipasang di trotoar. 

Menurut Nada, instalasi itu dan gambar wajah mosaik tokoh KAA berbentuk spanduk dan baliho di sepanjang jalan rute peserta, merupakan bagian dari dekorasi kota yang diminta Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Rencananya setelah konferensi dan acara sampingannya berakhir akhir April atau awal Mei, karya instalasi itu akan disimpan di rumah dinas Wali Kota. 

Gambar mosaik bergaya WPAP tersebut merupakan pesanan Wali Kota Ridwan Kamil untuk menyemarakkan puncak KAA pada 24 April 2015 lalu. Sedikitnya ada 29 gambar wajah peserta KAA 1955 bercorak pop art yang semarak warna itu yang menempel pada spanduk, baliho, latar panggung, dan karya instalasi. "Pembuatannya sejak awal Maret, waktunya mepet dan sangat terbatas," kata Nada.


Bangku-bangku dipatahkan olah tangan jahil

Menurut Nada, sebanyak 17 anggota komunitas WPAP Bandung dibantu beberapa anggota komunitas sejenis di Jakarta, harus bekerja keras di luar jam kerja utamanya.

Seorang penggambar, Tri Andayani mengatakan, ia mengerjakan gambar wajah mosaik Nelson Mandela dalam waktu dua jam. Ia menonjolkan warna-warna kontras yang hangat sesuai karakter tokoh. Sumber; (tempo.co) 

CFN Dan CFD Jalan Asia Afrika Mulai Diujicobakan 16 Mei 2015

Pemberlakuan kawasan bebas kendaraan, "car free night" (CFN) dan "car free day" (CFD) di Jalan Asia Afrika Kota Bandung akan mulai diujicobakan 16 Mei mendatang. Arus lalu lintas di sekitar direkayasa selama uji coba berlangsung. Langkah jangka panjang baru bisa diketahui setelah uji coba tersebut. 

"CFD dan CFN diujicoba pada Sabtu, 16 Mei, (besok)" kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung, Ricky Gustiadi, ditemui seusai rapat koordinasi di Kantor Dinas Perhubungan Kota Bandung, Jalan Soekarno Hatta, Jumat (8/5/2015).

Pemberlakuan kawasan bebas kendaraan di Kota Bandung sebenarnya bukan hal baru. Saat ini, program tersebut sudah berlangsung secara rutin di dua titik, yaitu Dago dan Buah Batu. Hanya saja, bebas kendaraan di dua titik tersebut berlaku pada siang hari, dengan sebutan "car free day".

Khusus untuk kawasan Jalan Asia Afrika, wacana kawasan bebas kendaraan mengemuka seusai peringatan 60 tahun KAA. Dengan berbagai perubahan infrastruktur, lokasi peringatan menjadi salah satu tujuan warga, terutama untuk berfoto. Antusiasme tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Salah satu penandanya adalah masih banyaknya warga yang berkunjung ke sekitar Jalan Asia Afrika.

Ricky menuturkan, wacana tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan berkoordinasi bersama sejumlah instansi terkait, termasuk kepolisian. Pada rapat koordinasi tersebut, ditentukan tanggal serta durasi pemberlakuan bebas kendaraan. Rencananya, uji coba akan dimulai sejak Sabtu (16/5/2015) pukul 18.00 WIB hingga Minggu (17/5/2015) pukul 11.00 WIB.

"Ruas jalan yang ditutup mulai dari persimpangan Jalan Tamblong-Jalan Asia Afrika sampai ke jembatan penyeberangan (dekat Jalan Cikapundung Barat)," katanya.

Secara umum, dia menuturkan, kawasan yang dinyatakan bebas kendaraan tidak boleh dipergunakan untuk berjualan, baik di trotoar maupun badan jalan. Kalaupun ada peluang membuka lapak, lahan yang memungkinkan adalah persil bangunan di sepanjang jalan. Itu pun harus seizin pemilik persil.

Sementara untuk kegiatan lain, seperti pembuatan panggung hiburan dan sejenisnya, harus terlebih dahulu mengantungi surat izin dari Pemerintah Kota Bandung melalui Asisten Daerah. Izin tersebut bisa diperoleh setelah ada rekomendasi dari tiga instansi, yaitu Dinas Perhubungan Kota Bandung, Satpol PP Kota Bandung, serta Polrestabes Bandung.

Dengan diberlakukannya kawasan bebas kendaraan, arus lalu lintas di sekitar kawasan direkayasa. Kanit Dikyasa Satlantas Polrestabes Bandung Erwan menuturkan, ruas jalan Asia Afrika yang ditetapkan bebas kendaraan serta beberapa ruas jalan lain akan ditutup selama masa uji coba. "Ruas jalan yang ditutup saat CFN dan CFD, Jalan Asia Afrika, Jalan Braga Pendek, Jalan Cikapundung Barat, dan Jalan Homann," ujarnya.

Beberapa ruas jalan tersebut masih memungkinkan dibuka hanya untuk bongkar muat perangkat yang berkaitan dengan kegiatan di kawasan bebas kendaraan. Sementara titik parkir kendaraan disiapkan di sekitar lokasi. Namun sejumlah teknis pelaksanaan akan dirinci dalam rapat koordinasi lanjutan. Sumber; Joko Pambudi, pikiran-rakyat.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar