Yoo.. Hindari Perilaku Korup...!!

Selasa, 24 Maret 2015

OBYEK WISATA BARU DI KABUPATEN PURBALINGGA


Curug Aul
Air Terjun Wana Tirta Panusupan

Curug atau air terjun Wana Tirta di Desa Panusupan, Purbalingga, Jawa Tengah, secara resmi menjadi wahana wisata baru yang siap ditawarkan kepada wisatawan.
"Ini potensi yang baik untuk digarap agar bisa mendatangkan wisatawan", kata Bupati Purbalingga Sukento Rido Marhaendrianto saat meresmikan Wana Tirta sebagai wahana wisata baru di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Selasa (10/2/2015).

Kemajuan desa wisata akan berdampak pada sisi ekonomi masyarakat. Jika wisatawan banyak yang berdatangan, secara otomatis akan menggerakkan ekonomi masyarakat. "Wisatawan yang datang butuh makan, ingin membawa oleh-oleh suvenir dan ingin menikmati suasana desa. Jika menginap, maka butuh home stay", katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Purbalingga, Subeno mengatakan pihaknya mendukung penuh kegiatan pengembangan desa wisata agar benar-benar laku dijual dan menjadi daya tarik wisatawan.
Dukungan penuh itu diwujudkan dengan menempatkan tenaga fasilitator di empat desa wisata potensial, termasuk Desa Panusupan, Kecamatan Rembang. "Fasilitator ini akan mendampingi Pokdarwis (kelompok sadar wisata) dan warga setempat dalam menyiapkan paket wisata serta melakukan pemasaran hingga siap menerima kunjungan wisatawan", katanya.

Kepala Bidang Pariwisata Disbudparpora Purbalingga Prayitno mengatakan hingga saat ini, di Kabupaten Purbalingga terdapat sembilan desa wisata.

Akan tetapi pada 2015 pengembangan difokuskan terhadap empat desa wisata potensial, yakni Desa Panusupan dan Tanalum (Kecamatan Rembang), Desa Serang (Karangreja), serta Desa Limbasari (Bobotsari).

"Khusus untuk Desa Panusupan menawarkan Curug Wana Tirta dan wisata religi. Curug Wana Tirta merupakan sebuah air terjun dengan ketinggian 16 meter dan berdasarkan penelitian para ahli, airnya bisa langsung diminum karena berasal dari resapan bebatuan", katanya.

Lokasi Curug Wana Tirta awalnya sulit dijangkau sehingga warga setempat berupaya membuka akses jalan agar bisa ditawarkan kepada wisatawan.

Kepala Desa Panusupan, Imam Yulianto mengatakan desa wisata Panusupan menyuguhkan potensi wisata religi dan seni budaya yang dipadu dengan keindahan alam. Selain makam Syekh Jambu Karang atau yang dikenal dengan makam Ardi Lawet, di Panusupan juga terdapat berbagai situs purbakala peninggalan para wali serta syekh yang masih utuh.

"Keindahan alam yang ada di Panusupan selain hamparan ngarai yang indah dan sejuk dipandang juga terdapat air terjun Wana Tirta. Wisatawan yang datang bisa menikmati suasana desa yang asri, sejuk, dan jauh dari kebisingan kota,", katanya.

Dalam peresmian Curug Wana Tirta sebagai wahana wisata baru itu, ditampilkan seni pertunjukan rakyat Desa Panusupan, berupa "Dayakan" yang secara sepintas mirip dengan seni tari "Topeng Ireng" yang biasa disuguhkan di desa-desa lereng Gunung Merapi dan Merbabu, Kabupaten Magelang.

Meskipun mirip dengan seni tari Topeng Ireng, Dayakan dimainkan oleh anak-anak dengan aksesori yang cenderung alami karena wajah mereka digambari menggunakan arang, sedangkan tubuhnya menggunakan dedaunan, janur kuning, rumput Kapulata, rumput Japakrias serta diiringi tetabuhan berupa kentongan, gong, dan ember.

"Tarian Dayakan merupakan kesenian rakyat turun temurun dari nenek moyang namun sudah lama tidak ditampilkan. Disebut Dayakan karena konon masyarakat di sini dulu berasal dari hutan," kata koordinator seni Dayakan, Suparno (travel.kompas.com).

Pelaku Wisata Desa Panusupan Ikuti Praktek Pengelolaan Desa Wisata

Para pelaku desa wisata Panusupan, Kecamatan Rembang, Purbalingga, Jum’at (6/3) menggelar praktek pengelolaan desa wisata. Praktek ini guna mempersiapkan sumberdaya manusia dalam menerima tamu wisatawan. Praktek pengelolaan dilakukan kerjasama Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga dan fasilitator desa wisata.

Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Ir Prayitno, M.Si mengatakan, dalam praktek pengelolaan, semua pelaku desa wisata yang terlibat, diuji seolah-olah mereka sedang menerima tamu wisatawan. Sebelumnya, mereka juga sudah mengikuti pelatihan pemandu wisata. Nantinya, bisa diketahui, para pelaku yang layak untuk menjadi guide atau pemandu wisata, dan pelaku wisata yang lebih cocok sebagai pengelola atau recepsionis. “Lewat praktek ini, kami bisa memilah mana pelaku wisata yang mampu menjadi pemandu atau guide, mana pelaku wisata yang cocok sebagai pengelola desa wisata, dan tidak berhadapan langsung dengan wisatawan,” kata Prayitno, Jum’at (6/3).

Dalam praktek, sekaligus dinilai beberapa aspek, seperti untuk pemandu dinilai dalam hal performance, attitude, voice, gerakan mata, dan mimik wajah. Untuk guide juga dipraktekan bagaimana mulai membuka pembicaraan, melakukan guiding terhadap obyek wisata yang ada, dan closing setelah tamu hendak pulang. Sedang untuk praktek pengelola atau recepsionis, dinilai dari performance, attitude, voice, sikap mata dan penampilan ekspresi wajah. “Kami sangat mendukung pemerintah Desa Panusupan yang bersemangat dalam menyiapkan sumberdaya manusia menghadapi kunjungan wisata”, kata Prayitno.

Prayitno menambahkan, Desa Panusupan selama ini lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan yang ingin berziarah ke makam Syech Jambu Karang, atau Ardi Lawet. Warga desa sebelumnya kurang tergugah dalam mengembangkan desanya sebagai desa wisata, namun setelah diajak melakukan studi banding ke desa wisata di Magelang dan Yogyakarta, mereka langsung tergerak membangkitkan desanya. “Pengelola wisata sudah menyiapkan paket kunjungan wisata, membuat gazebo untuk bersantai menuju air terjun Wana Tirta, membuat pusat informasi wisata, menyiapkan homestay, kuliner serta souvenir dan sekaligus menyiapkan sumberdaya manusianya,” tambah Prayitno (Dinbudparpora Pbg).

Enam Curug di Tanalum Layak Jadi Wisata Petualangan Internasional 

Selain di Panusupan di Desa Tanalum, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, juga memiliki sedikitnya enam curug atau air terjun. Pegiat wisata di desa itu berharap, Pemkab Purbalingga mengembangkan sejumlah air terjun itu sehingga tujuan wisata yang menarik.

Ketua Paguyuban Wisata Purbalingga (Wisbangga), Safei menyimpan obsesi, suatu saat nanti Desa Tanalum akan menjadi ikon utama pariwisata Purbalingga. Dia yakin, obsesi itu bakal terwujud, mengingat desa itu memiliki sejumlah obyek wisata yang sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai wisata petualangan.

“Kami sudah melakukan survei dan membandingkan dengan sejumlah tempat sejenis di Jawa dan luar Jawa, potensi air terjun Tanalum sangat prospektif dan layak dikembangkan. Ini kelasnya tidak hanya nasional, tetapi malah internasional,” ujar Safei, di Purbalingga, Jumat (21/3/2014).

Safei menjelaskan, di Tanalum terdapat curug yang menarik dan potensial yakni Aul, Karang, Sendang, Gogot, Panyatan, Nagasari, dan Lampeng. “Kami usulkan untuk pengembangan wisata curug ini tetap berwawasan lingkungan. Jalan tembus menuju sejumlah curug ini sudah ada. Pemkab hanya perlu memberikan dukungan infrastruktur jalan, TIC (Tourism Information Centre), serta promosi yang gencar,” paparnya.

Menurut Safei, Wisbangga dengan dukungan Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Purbalingga telah melakukan pelatihan terhadap sejumlah warga di sekitar curug sebagai embrio terbentuknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

“Kami imbau kepada para pemuda di sekitar curug, agar curug tersebut tidak dikelola investor, tetapi dikelola pihak desa melalui Pokdarwis saja. Jika nantinya sudah berkembang, tentunya akan mampu menggerakkan perekonomian di desa,” katanya. 

Selain curug, lanjut Safei, pihaknya juga mengusulkan wahana wisata camp side, yakni wisata berkemah di kompleks obyek wisata Goa Lawa. “Wisata berkemah sudah mulai dikembangkan oleh sejumlah operator swasta, hanya dengan modal awal sekitar Rp 100 juta, mampu menyedot wisatawan kelas menengah ke atas. Kami yakin, dalam waktu tidak terlalu lama, modal tersebut sudah kembali,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Disbudparpora Purbalingga, Prayitno mengatakan, pihaknya siap mengembangkan potensi wisata curug di Tanalum dan camp side Goa Lawa.

Prayitno berharap Pemkab dapat menganggarkan dana pada tahun 2015 untuk mendukung infrastruktur jalan menuju curug Tanalum. “Pengembangan sebuah destinasi wisata baru tidak bisa dilepaskan dengan dukungan infrastruktur jalan. Di sisi lain promosi wisata yang gencar melalui berbagai event serta kesempatan pameran juga sangat diperlukan,” katanya (travel.kompas.com).

Desa Kedungbenda Bentuk Kelompok Sadar Wisata

Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon, juga membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pembentukan kelompok itu difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga di balai desa setempat, Rabu (11/2). Pokdarwis tersebut disepakati diberi nama ‘Pesona Linggamas’. Ikon jembatan Linggamas yang berada di desa itu dan menghubungkan Desa Petir Kecamatan Kalibagor, Banyumas, dinilai sudah mulai menjadi pesona warga sekitar dan masyarakat pengguna jalan.


Perahu penyeberangan tradisional yang akan dialih fungsi

Kepala Desa Kedungbenda, Tosa mengatakan, pembentukan Pokdarwis ‘Pesona Linggamas’, sebelumnya didahului dengan diskusi dengan Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga. Pihak desa mengaku tertarik dengan pengembangan desa wisata di wilayah kecamatan lain.

Modifikasi perahu penyeberangan menjadi perahu wisata dengan dicat

“Saya langsung menyempatkan diri untuk melihat-lihat desa wisata Serang, Kecamatan Karangreja, dan Desa Tanalum Kecamatan Rembang. Setelah melakukan kunjungan itu dan bertemu dengan kades di dua desa tersebut, akhirnya kami memantapkan untuk membentuk kelompok sadar wisata. Kami berharap, dengan Pokdarwis ini akan mengantarkan desa Kedungbenda menjadi desa wisata berbasis wisata sungai dan kampung nelayan,” kata Tosa.

Tosa mengakui, wilayah Desa Kedungbenda, semula berada di bagian ujung Selatan Kabupaten Purbalingga. Namun, dengan selesainya pembangunan jembatan, seolah Desa Kedungbenda malah jadi berbalik 180 derajat menjadi wajah Purbalingga dari sisi Selatan. Masyarakat Banyumas yang hendak bepergian ke arah Banjarnegara atau Wonosobo, mulai banyak yang melewati Kedungbenda. Begitu juga dari arah Banjarnegara yang hendak ke Purwokerto, mereka cenderung melewati jembatan Linggamas di Kedungbenda. “Kami ingin menangkap peluang ini agar Desa Kedungbenda mampu menjadi desa wisata dimasa mendatang,” kata Tosa.


Contoh perahu wisata di danau Patengan Pengalengan; warna-warni

Tosa menyebut, niat untuk membentuk Pokdarwis dan desa wisata, karena saat ini sudah ada dua buah perahu wisata. Dengan tarif Rp.5.000,- untuk sekali berputar sekitar 15 menit, banyak pengunjung yang menyukainya. Selain itu, dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Dinakkan) juga akan mendukung lokasi tempat penjualan ikan sungai. “Ikan sungai di wilayah kami, selama ini dipasok untuk memenuhi kebutuhan warung ikan di Kalibagor, Banyumas.

Kepala Dinbudparpora Drs Subeno, SE, M.Si menyambut positif terbentuknya Pokdarwis ‘Pesona Linggamas’. Setelah pembentukan diharapkan melakukan pembenahan sumberdaya manusia (SDM) agar sadar sapta pesona pariwisata. “Kami akan memfasilitasi peningkatan kualitas SDM Pokdarwis melalui sejumlah pelatihan seperti pelatihan pembuatan paket wisata, pelatihan pemandu wisata, pelatihan mengelola homestay dan pemasaran wisata. Yang penting, sepanjang masyarakat bersemangat, kami akan memfasilitasi dan mendukungnya,” kata Subeno.

Pengembangan yang diharapkan selanjutnya adalah ; Perahu Naga

Sementara itu Kabid Pariwisata Dinbudparpora Ir Prayitno, M.Si mengatakan, potensi di Kedungbenda sangat layak jual untuk dikembangkan sebagai paket wisata. Potensi ini tidak berbeda jauh dengan desa wisata seperti di Candirejo Magelang. Malah, di Kedungbenda lebih lengkap. Ada potensi wisata sungai, muara Congot yang merupakan pertemuan arus Sungai Klawing dan Sungai Serayu, kemudian di Kedungbenda juga ada benda purbakala Lingga Yoni, kuliner kupat Landan dan ikan kali jenis Senggaringan. Telusur keliling desa menggunakan sepeda. “Jika ini dikemas secara baik dan promosi yang gencar, kami yakin banyak diminati wisatawan,” ujar Prayitno optimis (Dinbudparpora Pbg). 

DPRD Dorong Event Wisata Rutin di Obyek Wisata

Komisi III DPRD Purbalingga mendorong obyek destinasi wisata untuk menggelar even-event rutin. Event ini akan mampu mendongkrak kunjungan wisata dan akhirnya pada pendapatan asli daerah. Disisi lain, Komisi III juga menghimbau agar sekolah-sekolah untuk lebih memanfaatkan kunjungan ke obyek wisata lokal.

“Kami berharap, setiap hari Minggu atau hari libur, ada even yang mampu mengundang pengunjung ke obyek wisata. Event tidak mesti harus hiburan, tetapi bisa juga event olah raga atau lomba-lomba,” kata Ketua Komisi III Ahmad Sabani, disela-sela kunjungan kerja ke obyek wisata Goa Lawa, Karangreja, Senin (23/3).

Rombongan kunja komisi III diterima oleh Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si, Kabid Pariwisata Ir Prayitno, M.Si dan Kabid Kebudayaan Drs Sri Kuncoro, serta jajaran staf dan pengelola Goa Lawa.

Sabani mencontohkan, obyek wisata water park di Banjarnegara hampir setiap minggu menggelar event kegiatan, bisa hanya berupa olah raga, atau lomba-lomba antar sekolah. Dengan kegiatan tersebut maka, penonton supporter akan banyak dan membayar tiket masuk ke obyek wisata. Cara ini memang perlu sinergi antara SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) terkait seperti Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata. “Saya berharap, ego sektoral antar SKPD khususnya dibawa rumpun komisi III agar dihilangkan,” kata Sabani.

Sabani menyarankan kepada Dinbudparpora untuk menjalin kerjasama dengan Dinas Pendidikan. Kerjasama ini untuk menarik kunjungan siswa ke obyek wisata. Disisi lain, Dinas Pendidikan perlu mengambil kebijakan agar sekolah-sekolah tidak melakukan wisata ke luar daerah yang lebih cenderung pemborosan. “Cukup melakukan kunjungan ke obyek wisata di Purbalingga, sudah efisien,” katanya.

Sabani masih mencontohkan, kegiatan muatan lokal sekolah atau outbond yang digelar oleh sejumlah sekolah, bisa dilakukan di Purbalingga saja. “Outbond tidak harus ke luar kota, cukup di tempat wisata di Purbalingga,” kata Sabani.
Anggota Komisi III, In’am Birohmatilah menyarankan, agar di Purbalingga memiliki destinasi wisata khusus untuk agro. Seperti halnya di Bogor, sisa-siswa bisa belajar bertani atau mengenal tumbuh-tumbuhan. “Wahana wisata ini kami yakin bisa mendongkrak kunjungan wisata,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, anggota komisi III dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ali Fahrudin mendukung pengembangan desa wisata dengan pemberdayaan masyarakat melalui Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Ali menyarankan agar Dinbudparpora terus melakukan pembinaan terhadap Pokdarwis ini termasuk dalam hal pembinaan pengelolaan keuangan. “Saya melihat di Desa Limbasari, Kecamatan Bobotsari, pengelolaan wahana tubing sudah ramai setiap minggunya, tetapi pengelolaan keuangannya masih perlu dibenahi dan melibatkan pihak desa selaku penanggungjawab lokasi,” sarannya.
Sementara itu Wahyono (Gerindra) mendukung Dinbudparpora yang telah memfasilitasi terbentuknya Pokdarwis di Desa Kedungbenda, Kecamatan Kemangkon. Pokdarwis ini mengelola wisata air berupa perahu. Perahu penyebarangan yang semula digunakan menyeberangkan warga saat ini dialihkan menjadi perahu wisata seiring dengan jembatan Linggamas yang sudah difungsikan. “Kami berharap, Pokdarwis Pesona Linggamas yang lebih diberi kesempatan mengelola perahu wisata, bukan dari pihak ketiga yang berinvestasi,” katanya.

Kepala Dinbudparpora Subeno menyatakan apresiasi atas dukungan dari Komisi III untuk pengembangan pariwisata. Dinbudparpora juga meminta Komisi III untuk memfasilitasi kerjasama dengan jajaran Dinas Pendidikan atau sekolah-sekolah swasta untuk melakukan kegiatan di obyek wisata. “Kami sangat mendukung Komisi III yang mengarahkan sekolah-sekolah di Purbalingga untuk menyelenggarakan event di obyek wisata. Selain mengenalkan destinasi wisata, juga akan mampu memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan daerah,” katanya.

Subeno menambahkan, Dinbudparpora bersama elemen masyarakat pada tahun ini juga akan menggelar event Festival Gunung Slamet. Festival ini diharapkan akan memacu kunjungan wisata ke Purbalingga dan tidak terpengaruh dengan kondisi Gunung Slamet yang sudah satu tahun ditutup untuk pendakian (Dinbudparpora Pbg).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar