Senin malam,
tanggal 1 Mei 2017 Pengurus Genta Sentramas Baraya mendapat Undangan Pertemuan
Silahturahmi Budaya dari Ketua Umum Pamanjawi bertempat di Saung Kabayan
Jl.Dr.Djunjunan No.107, Pasteur, Kota Bandung.
Sementara Mudibyo Whs selaku Ketua Dewan kehormatan sekaligus mewakili Ketua Umum Genta Sentramas Baraya sebelum menyampaikan sambutan mengajak tamu undangan untuk memberikan aplaus kepada Jenderal TNI Hartomo karena kepeduliannya kepada seni-budaya lokal. Menurut Mudibyo, tidak banyak Jenderal yang peduli dan komitmen kepada budaya tradisi. Di masa perjuangan dahulu, Jenderal Besar Soedirman tetap setia dan bangga dengan pakaian tradisi Jawa, Iket Nempe Wulung Banyumasan dan Keris Gayaman model Jogja. Oleh karena itu, untuk menghormati kesetiaan dan kecintaan Jendral Soedirman terhadap tradisi budayanya, Mudibyo mendedikasikan Blangkon Model Soedirmanan berbasis Iket Nempe Wulung yang desainnya merupakan hasil diskusi para seniman dan budayawan Banyumasan.
Pada akhir sambutan disampaikan juga kaos seragam Genta Sentramas bergambar Ikon Wayang Bawor Banyumasan dari Pengurus Genta Sentramas kepada Pembina, Ketua Umum Pamanjawi dan Ketua Umum HPJKB.
Dari pertemuan tadi malam yang sangat berkesan adalah adanya apresiasi, penghargaan dan ucapan terima kasih dari Jenderal Hartono terhadap dilaunchingnya Blangkon Model Banyumasan karya Budayawan Mudibyo. Suasana pertemuan yang sangat cair dan tidak berbatas, serta kekeluargaan yang penuh asa.
Admin.
Hadir pada acara
tersebut Jenderal TNI Hartomo selaku Pembina 'Pamanjawi', DR.Ir. Sukiman Sumarto M.P, M.M, Ketua
Umum Pamanjawi juga selaku penyelenggara pertemuan, Ibu Kusnaeni Bendahara,
beserta jajaran pengurus lainnya.
Organisasi yang
diundang diantaranya 'Genta Sentramas Baraya' diwakili oleh Mudibyo Whs,S.AP, M.M selaku
Ketua Dewan Kehormatan, Sutarno Paguyuban Sukakarya Ketua Umum, Sagino Ryanlaras Wakil Ketua, Drs. Susanto, M.Si. Sekretaris, Sarman Wakil Sekretaris, Suprapto Bendahara, Nartan WK
Wakil Bendahara, Ahmad Uji Fauzi Fauzzan Poetra Kelana Ketua
Bidang Organisasi, Tasno Nano Prakoso Ketua Bagian
Keanggotaan, Once Sonce Tirta Kusuma Korwil, dll.
Organisasi
lainnya HPJKB dari Soreang Kabupaten Bandung yang diketuai oleh Sugimanto, juga
Perkumpulan Seni Budaya Cimahi, dll.
Sukiman
menyampaikan mengenai pentingnya guyub rukun melalui sarana budaya sendiri. “Bagi
Paguyuban-paguyuban kesenian Jawa di wilayah Bandung Raya yang membutuhkan
sarana Gamelan baik untuk latihan maupun untuk pagelaran dipersilahkan
menggunakan secara gratis, Pamanjawi tak akan minta biaya sepeserpun. Gamelan
bantuan dari Pembina ini hendaknya dapat difungsikan secara optimal demi
grembakanya seni tradisional”. Selain yang disampaikan di atas, Sukiman juga
mengharapkan kerjasama paguyuban-paguyuban seni budaya Jawa yang berada di
wilayah Bandung Raya untuk bahu-membahu ngurip-urip budaya sendiri. Diharapkan
dengan kerjasama yang baik maka kinerja paguyuban juga akan lebih baik dan
meningkat. “Pamanjawi sekarang ini diibaratkan punya kepala tetapi tidak punya
gembung (badan), maka untuk dapat berjalan tegak mestinya gembung ini dapat
diisi oleh paguyuban-paguyuban seni yang ada” demikian lanjutnya.
Jenderal TNI Hartomo
pada sambutannya menyampaikan: “Kesatuan dan persatuan itu sangat penting demi
tegaknya NKRI. Manusia Indonesia jangan meninggalkan akar budayanya sendiri.
Indonesia terdiri dari kebinekaan baik geografis, etnis, bahasa, dan budaya.
Oleh karena itu silahkan seni budaya kita masing-masing dipelihara dan
dikembangkan sebaik-baiknya. Nguri-uri budaya dan tradisi itu bukan berarti
mengkotak-kotak dan mempertajam perbedaan, tetapi justru memperkuat jati diri
bangsa. Indonesia yang akhir-akhir ini disibukan dengan demo sampai
berjilid-jilid dan seharian penuh itu justru tidak efektif, bahkan orang
menjadi malas mendengar karena bosan dan terganggu. Orasi yang materinya
itu-itu saja dan memaksakan kehendak, mengobarkan hilafah seperti yang
dilakukan HTI yang ternyata induk organisasinya berada di luar Indonesia justru
berpotensi memecah-belah persatuan bangsa. Kita harus cerdas, silahkan
beribadah sebaik-baiknya sesuai tuntunan agama masing-masing seperti cara yang
dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah yang sudah teruji dapat mempersatukan
bangsa. Saya minta kepada para pengurus paguyuban, budayawan, seniman dan
simpatisan seni yang hadir disini jangan ikut terbawa arus. Selamatkanlah
keluarga anda, masyarakat, bangsa dan negara ini dari faham-faham yang ora
nggenah (tidak jelas), karena kita ini hidup di NKRI, bukan di negara lain”.
Dalam hal pelestarian dan pengembangan seni budaya, Jenderal Hartomo akan
membantu jalan keluar, yaitu dengan membangun Padhepokan Seni Tradisional Jawa
di Wilayah Bandung Raya yang berfungsi sebagai tempat latihan, menggelar
pertunjukan seni, pusat kegiatan budaya, koordinasi manajemen pagelaran, pusat
wisata budaya, dan membantu peningkatan ekonomi seniman.
Sementara Mudibyo Whs selaku Ketua Dewan kehormatan sekaligus mewakili Ketua Umum Genta Sentramas Baraya sebelum menyampaikan sambutan mengajak tamu undangan untuk memberikan aplaus kepada Jenderal TNI Hartomo karena kepeduliannya kepada seni-budaya lokal. Menurut Mudibyo, tidak banyak Jenderal yang peduli dan komitmen kepada budaya tradisi. Di masa perjuangan dahulu, Jenderal Besar Soedirman tetap setia dan bangga dengan pakaian tradisi Jawa, Iket Nempe Wulung Banyumasan dan Keris Gayaman model Jogja. Oleh karena itu, untuk menghormati kesetiaan dan kecintaan Jendral Soedirman terhadap tradisi budayanya, Mudibyo mendedikasikan Blangkon Model Soedirmanan berbasis Iket Nempe Wulung yang desainnya merupakan hasil diskusi para seniman dan budayawan Banyumasan.
Mudibyo mengatakan:
“Gerakan Cinta Seni Tradisional Banyumasan Bandung Raya, merupakan afiliasi
lebih dari 25 komunitas/paguyuban seni budaya Banyumasan di wilayah Bandung
Raya dan sekitarnya yang anggotanya berasal dari lima kabupaten di Banyumas
Raya yaitu: Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen
(Barlingmascapkeb) dan berbahasa ibu Banyumasan”. “Kami mengadakan kegiatan
pelatihan, pergelaran dan fungsi manajemen. Semua jenis kesenian Banyumasan
kami wadahi untuk mendapat pembinaan dan pendampingan agar dapat bertumbuh
secara wajar”. “Namun karena baru berdiri sejak 19 Maret 2017, maka pada tahun
pertama kami lebih konsen pembenahan ke dalam, diantara penyusunan AD/ART, Akta
Pendirian, kepengurusan dan penyusunan Kebijakan Umum”.
“Kami juga
bersedia bekerjasama dengan Pamanjawi untuk mengisi gembung yang masih kosong
itu, karena kami punya basis massa dan seniman di lapangan” sambung Mudibyo.
“Mengingat pendanaan yang ada hanya cukup untuk operasional organisasi
sehari-hari, maka kami mohon kepada Pengurus Pamanjawi khususnya kepada
Jenderal Hartomo selaku Pembina untuk dapat membantu apabila kami mengadakan
ivent besar, karena pendanaan selama ini hanya bergantung kepada sponsorship
dan donatur yang kemampuannya juga terbatas” demikian Mudibyo mengakhiri.
Pada akhir sambutan disampaikan juga kaos seragam Genta Sentramas bergambar Ikon Wayang Bawor Banyumasan dari Pengurus Genta Sentramas kepada Pembina, Ketua Umum Pamanjawi dan Ketua Umum HPJKB.
Dari pertemuan tadi malam yang sangat berkesan adalah adanya apresiasi, penghargaan dan ucapan terima kasih dari Jenderal Hartono terhadap dilaunchingnya Blangkon Model Banyumasan karya Budayawan Mudibyo. Suasana pertemuan yang sangat cair dan tidak berbatas, serta kekeluargaan yang penuh asa.
Salam Budaya
Banyumasan.
Admin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar