Rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten
Purbalingga ke-184 kali ini diisi dengan berbagai kegiatan. Walaupun acaranya tidak
semeriah tahun-tahun sebelumnya, tetapi cukup bermakna karena mempunyai efek positip
bagi masyarakat.
Sebelumnya acara Jalan sehat dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Purbalingga
ke-184 ini, diikuti ribuan peserta. Jalan sehat dilepas langsung Bupati
Purbalingga di Alun-alun Purbalingga, Minggu (21/11), dihadiri pimpinan Forum
Koordinasi Pimpinan Daerah(FKPD) Kabupaten Purbalingga, diikuti masyarakat,
staf SKPD se Kabupaten Purbalingga dan pelajar.
Puncak acara dengan Pawai Budaya yang digelar
Selasa (23/12/2014) siang. Pawai yang menjadi agenda penutup ini menampilkan
aneka seni tradisional Purbalingga serta budaya unik dari sejumlah kabupaten di
Jawa Tengah bagian Selatan. Tercatat ada 62 grup tampil menghibur pengunjung di
sepanjang Jalan Jenderal Soedirman Barat sampai alun-alun kota setempat.
Nuansa seni khas Purbalingga dan Banyumas
mendominasi pawai budaya tersebut. Seni Lengger dengan penampilan lengger
lanang (Lenang) membuat penonton tertawa di akhir penampilannya. Selain itu,
kehidupan masyarakat Purbalingga seperti bertani, menderes, menangkap ikan,
hingga sikap warga Purbalingga yang Blakasuta (apa adanya) juga disuguhkan dan
dikemas dalam nuansa tarian yang apik serta menarik.
Pawai budaya diawali dengan laporan Suba Manggala
yang diperankan oleh Drs Subeno MHY, Staf Ahli Bupati Bidang Sumberdaya Manusia
kepada bupati Sukento Rido. Di belakanganya tampil kelompok pembawa lambang
daerah, kemudian barisan prajurit Kraton Surakarta yang berjumlah 20 orang.
Pasukan pembawa dua buah gunungan berisi sayuran dan hasil pertanian bersigap
dan meletakan gunungan tersebut di kanan kiri podium tamu undangan. Gunungan ini
menjadi rebutan masyarakat usai acara ditutup.
Penampilan Batik Carnival dari perajin batik
Sokaraja Banyumas juga ikut membuat decak kagum penonton. Penampilan lainnya
yang tak kalah menarik seperti tari Bungah (SMKN 3 Banyumas), kuda Kepang yang
telah direvitalisasi dari Kecamatan Kalimanah juga membuat penonton berdecak
kagum. Penampilan lain, nuansa kenthongan tak lepas dari pawai budaya kali ini.
Dengan modifikasi yang berbeda-beda, kenthongan tetap menarik dan unik
dinikmati.
Kreasi tari dan budaya yang menggambarkan kehidupan masyarakat juga apik untuk ditonton. Seperti tarian Parak Iwak
(Kemangkon), Gethek Kali Klawing (SMPN 1 Bojongsari), Bokoran, tradisi
tujuh bulan bagi ibu hamil, tari Lengger, Nitis (nderes) yang dibawakan SMKN 1
Purbalingga, kemudian Sapu-sapu (Sanggar tari Citra Budaya), Blakasuta (SMAN 1
kemangkon), Begalan, dan sejumlah tarian lain yang menarik.
Tarian Kupyak Kali yang dibawakan siswa SMAN 2
Purbalingga juga cukup menarik ditonton. Tarian ini menggambarkan kehidupan
masyarakat disepanjang Sungai Klawing yang memiliki mata pencaharian sebagai
nelayan. Sungai Klawing belakangan ini naik daun dengan batu nogosui dan
pancawarna yang mulai diburu para penggemarnya.
Penampilan seni dari sejumlah kabupaten juga
semakin melengkapi pawai budaya yang mengambil tema ‘Melalui Pawai Budaya, Kita
Lestarikan Seni Tradisi’ ini. Penampilan dari kabupaten tetangga tersebut
seperti Dolalak (Purworejo), tari Topeng Hitam (Magelang), Tari Tuk Bimo Lukar
(Wonosobo), Seni Buroq (Kabupaten Brebes), Pelangi Di Atas Serayu
(Banjarnegara), dan tari Buncisan (Banyumas).
Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan
Pariwisata pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Drs Sri Kuncoro
mengatakan, pawai budaya dimaksudkan untuk memberikan ruang gerak masyarakat
untuk mengembangkan karya kreativitasnya di bidang kebudayaan sebagai satu ciri
kehidupan masyarakat Purbalingga yang dikenal semangat, ceria, lugu serta
cablaka (blakasuta) atau apa adanya. “Pawai budaya ini juga mendukung kunjungan
wisatawan ke Purbalingga,” kata Sri Kuncoro.
Kuncoro menambahkan, penampilan setiap peserta
dipantau dewan pengamat yang difokuskan pada koreografi, kekompakan, penampilan
dan kostum serta properti. Untuk memberikan semangat, panitia juga memberikan
hadiah kepada enam juara berupa sapi dan kambing. Setiap regu juga mendapat
bantuan uang pembinaan serta bantuan transport. “Penampilan para peserta
ternyata luar biasa, sejumlah seni tradisi yang nyaris punah seperti Rodat,
Dames, dan Daeng Paksi Muda, mampu ditampilkan apik dan menarik,” ujar Sri
Kuncoro.
Bupati Sukento Rido Marhaendrianto mengatakan,
puas dengan pawai budaya kali ini. Sukento bahkan memberi nilai 99 untuk
kegiatan ini. “Pawai budaya ini ternyata mampu mengangkat seni tradisi lokal
yang hampir punah, saya puas dengan penampilan semua grup. Mudah-mudahan pawai
yang bisa menghibur masyarakat dapat dilaksanakan kembali tahun depan,” ujar
Sukento.
Namun, di sisi lain, kemeriahan ini memicu
kemacetan di sejumlah ruas jalan. Untuk mengantisipasi, polisi lalu lintas
Polres Purbalingga memberlakukan buka tutup jalan. Akibatnya kendaraan menumpuk
pada jalur alternatif. Arus lalulintas kembali normal pada siang harinya.
Sumber: Humas Pemda Pbg, Harian Satelit Post,
Harian Suara Merdeka dan Kontributor Paguyuban Linggamas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar